BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dikalangan mayarakat manusia yang berbudaya
masyarakat modern, sistem dan metode pendidikan yang digunakan setaraf dengan
kebutuhan atau tuntutan aspirasinya. Sistem dan metode tersebut diorientasikan
kepada efektivitas dan efesiensi. Pada masyarakat primitive mempergunakan
sistem dan cara sederhana sesuai dengan tingkat pengetahuan mereka. Sistem
mereka menitik beratkan pada pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari, tanpa
antisipasi orientasi ke masa depan dan tanpa memikirkan efektivitas dan
efesiensi. Sedangkan pada masyarakat yang telah menduduki tingkat hidup
post-industrial, seperti masyarakat di beberapa Negara Barat atau di Negara
Timur seperti Jepang. Proses pendidikan mereka dilaksanakan dalam sistem
organisasi kelembagaan yang dikelola secara efektif dan efesien kearah tujuan
yang ditetapkan. Orientasinya diarahkan kepada pengembangan ilmu dan teknologi
canggih.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Dalam Islam, istilah pendidikan diyakini
berasal dari bahasa Arab yaitu tarbiyah yang berbeda dengan kata ta’lîm yang
berarti pengajaran atau teaching dalam bahasa Inggris. Kedua istilah (tarbiyah
dan ta’lîm) berbeda pula dengan istilah ta’dzîb yang berarti pembentukan
tindakan atau tatakrama yang sasarannya manusia[1].
Walaupun belum ada kesepakatan di antara para ahli, dalam kajian ini yang
dimaksud pendidikan Islam adalah al-tarbiyah.
Islam sebagai agama wahyu, menuntut umat
manusia yang berakal sehat walafiat untuk berusaha keras mendapatkan
kesehteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat sesuai dengan petunjuk
wahyu Tuhan. Agama islam yang ajarannya berorientasi kepada kesejahteraan
duniawi-ukhrawi sebagai kesinambungan tujuan hidup manusia, meletakkan iman dan
takwa kepada Allah SWT sebagai landasan kehidupan umat manusia.Salah satu
sarana yang efektif untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat
adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna dan berhasil guna. Pendidikan
islam di negeri kita perlu diorganisasikan atau dikelola secara rapi, efektif,
dan efesien melalui sistem dan metode yang tepat.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang pemikiran di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang
dimaksud definisi sistem pendidikan islam?
2. Apa Sistem
Pendidikan Islam Dalam Hadits?
3. Apa Komponen Sistem Pendidikan ?
4. Apa Keistimewaan Sistem
Pendidikan Islam ?
5. Apa Definisi Metode Pendidikan Islam ?
6. Apa Prinsip Metode PendidikaIslam ?
7. Apa Fungsi Pendidikan Islam ?
8. Bagaimana Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang
Seharusnya ?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa yang telah menjadi rumusan masalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Sistem Pendidikan Islam
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani
“sistema” yang artinya: suatu keseluruhan yang tersusun dari banyak bagian
(whole compounded of several parts). Di antara bagian-bagian itu terdapat
hubungan yang berlangsung secara teratur. Definisi sistem yang lain dikemukakan
Anas Sudjana yang mengutip pendapat Johnson, Kost dan Rosenzweg sebagai berikut
“Suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau
terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks.”[2] Sedangkan
Campbel menyatakan bahwa sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian
yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem adalah suatu
keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing bekerja
sendiri dalam fungsinya. Berkaitan dengan fungsi dari komponen lainnya yang
secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah ditetapkan.
Sistem pendidikan adalah
satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang
berkaitan dengan yang lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan.
Faktor atau unsur yang disistematisasikan adalah proses kegiatan pendidikan
dalam upaya mencapai tujuannya.
Sistem pendidikan Islam
merupakan usaha pengorganisasian proses kegiatan kependidikan yang berdasarkan
ajaran Islam. Ajaran yang berdasarkan atas pendekatan sistemik sehingga dalam
pelaksanaan operasionalnya terdiri dari berbagai sub-subsistem dari jenjang
pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi yang harus memiliki
vertikalitas dalam kualitas keilmuan-pengetahuan dan teknologinya.[3]
Jadi, bisa disimpulkan bahwa Sistem pendidikan
Islam berasal dari tiga kata yaitu : sistem, pendidikan dan Islam. Sistem
berasal dari bahasa inggris yaitu dari kata system yang berarti susunan
suatu cara atau pola yang berurutan tentang suatu hal. Dan pendidikan adalah
suatu proses pemberian ajaran, bimbingan yang bereupa keilmuan. Sedangkan islam
adalah agama yang di turunkan kepada Nabi Muhammad. Dari definisi-definisi di
atas bisa kita rangkai bahwa sistem pendidikan Islam merupakan suatu cara dalam
pemberian ilmu kepada murid tentang ilmu-ilmu Islam. Jadi di sini di tegaskan
bahwa dalam sistem pendidikan Islam hanya membahas tentang tata cara pengajaran
yang di ajarkan oleh Islam. Dari cara yang klasik hingga cara modern.[4]
B.
Sistem Pendidikan Islam Dalam Hadits
Sebagai landasan untuk tujuan yang benar-benar
atas dasar keimanan dan ketakwaan, sudah selayaknya pendidikan Islam diupayakan
dan diselenggarakan dengan maksud lillahi Ta’ala, karena dalam rangka
mencari Ridlo Allah, sehingga banyak yang mengatakan bahwa mencari ilmu atau
yang berjuang dalam keilmuan merupakan “jihad fi sabilillah,” jadi para penyelenggara pendidikan harus
mempunyai pilar kuat tentang keyakinan ini. Dengan demikian dibutuhkan landasan
ideologis dan filosofis untuk membangun pendidikan Islam, dengan merujuk
kepada Al-Qur’an sebagaiman Abdurahman Mas’ud menyampaikan gagasanya “Ajaran
Iqra adalah satu seruan pencerahan intelektual yang telah terbukti dalam
sejarah mampu mengubah peradaban manusia dari masa kegelapan.”[5]
Memahami pada dataran prakteknya memang sering
dijumpai hambatan dan rintangan, tapi jika niat lurus dan niat
beribadah itu telah tertanam maka hal sesulit apapun akan terasa mudah,
sebagaimana para guru ngaji yang masih kental dengan tradisi-tradisi demikian,
sehingga tak heran jika mereka mengajar santri-santrinya tanpa dibayar materi
sedikitpun mereka tetap istiqamah, filsafat ikhlas seperti ini merupakan
ke-khasan dan kekayaan pendidikan Islam yang tidak terdapat pada gaya dan
sistem pendidikan manapun didunia. yang mana dari dulu sistem pendidikan ini
dilestarikan oleh para ulama dan cendekia muslim dalam mengajarkan Ilmunya
dengan niat lillahi Ta’ala.
Merupakan suatu keharusan bahwa setiap usaha,
kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai tujuan harus mempunyai dasar
sebagai tempat berpijak yang kuat, begitu juga dengan Pendidikan Islam, sebagai
usaha untuk membentuk manusia yang berkepribadian baik harus mempunyai dasar
sistemik yang baik dan benar-benar tepat sesuai asas-asas Islam. Dalam
aktivitas Pendidikan Islam yang baik dalam penyusunan konsep teoritis maupun
dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh berdasarkan
ajaran-ajaran Islam. Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan
Islam mempunyai keteguhan dan keyakinan yang tegas sehingga prakteknya tidak
kehilangan arah dan mudah dalam menanamkan visi dan misinya.
Pendidikan Islam merupakan media untuk
mempengaruhi orang lain ke arah kebaikan agar dapat hidup lebih baik sesuai
ajaran Islam dan mentaati semua yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua
yang dilarang oleh Allah, dengan kesadaran insani yang tertanam kuat dengan
aspek keilmuan, sehingga hasilnya bukan sekedar taat buta, tapi penghambaan
yang berdasarkan keilmuan, semua yang dilakukan dalam ruang lingkup peraturan
Allah, sehingga dasar dari pendidikan Islam itu sendiri tiada lain ialah
sumber ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits, hal ini sejalan dengan ungkapan
yang dipaparkan oleh Ahmad Tafsir, beliau memberikan komentar tentang dasar
pendidikan Islam dengan ungkapan “Karena pendidikan mempunyai posisi yang
penting dalam kehidupan manusia maka wajarlah orang Islam menempatkan
Al-Qur’an, Hadist dan akal sebagi dasarnya.”[6]
Pendapat Ahmad Tafsir tersebut sangat logis, karena falsafah dan dasar
dari pendidikan Islam, tiada lain Islam itu sendiri, untuk sedikit
menggambarkan alasan kenapa Al-Qur’an dan Hadist menjadi landasan utama
pendidikan Islam, dengan pertimbangan sebagai berikut:
· Al-Quran
Dikarenakan landasan utama dan holistik ajaran
Islam yaitu Al-Qur’an, maka dalam mengembangkan sayap pendidikan Islam harus
bisa menerjemahkan wahyu Tuhan tersebut secara cerdas ke dalam bahasa manusia,
agar Al-Qur’an bisa lebih kontekstual dengan keadaan zaman, karena Al-Qur’an
memuat ajaran yang lengkap dalam berbagai aspek,[7]
Sebagaimana para mufassir mengemukakan bahwa Al-Qur’an merupakan sumber
ajaran yang tak lekang oleh waktu maka, dengan kata lain bahwa ajaran-ajaran
yang termaktub didalamnya sudah dipastikan memuat ajaran yang universal,
kalaupun ada ayat-ayat yang sifatnya temporal itu harus bisa diterjemahkan
secara subtantif. Sehingga pendidikan Islam seharusnya ketika mengalami
kemunduran dan pudarnya sinergitas dalam dataran praktis harus dikembalikan
kepada dasar pendidikan Islam yaitu asas-asas Islam sebagaimana yang digariskan
Al-Qur’an, sebagaimana ungkapan HM.Arifin mengenai Al-Qur’an bahwa Al-Qur’an
mengandung dan membawa nilai-nilai yang membudayakan manusia,hampir dua pertiga
ayat-ayat Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia.[8]
· Al-Hadits
Selain Al-Qur’an dalam Islam untuk menentukan
hukum dan rujukan pola kehidupan juga menggunakan hadits nabi, karena
hadits dalam posisinya sebagai sumber kedua sekaligus bentuk tafsir dan
penjelasan terhadap Al-Qur’an. Terlebih dalam dataran praktek hadits
lebih mempunyai kecenderungan aplikatif, karena unsur dalam hadits selain
merupakan bagian dari wahyu juga bentuk responsibilitas terhadap persoalan yang
muncul,karena hadist merupakan interpretasi dan rangkuman dari sosok agung
dalam Islam, Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam konsep pendidikan Islam,
hadits merupakan landasan filosofis dalam pengembangan sistematika pendidikan
Islam, terlebih dalam Hadits banyak sekali menekankan tentang akhlak dan
pendidikan.
Seiring dengan kemajuan zaman dan perbedaan
budaya, maka tuntutan dan persoalan umat menjadi rumit dan berkembang, sedang
Al-Qur’an dan Hadist sudah tidak turun lagi untuk menjawab persoalan umat
sebagaimana pada masa kerasulan Muhammad SAW. Maka kita harus meyakini lebih
dalamlagi bahwa Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber hukum yang tak terbatas
waktu, kalaupun secara tekstual itu menunjukan hukum periodik namun secara
prinsip Al-Qur’an dan Hadist berlaku tanpa batas waktu, ini
yang menuntut kecerdasan dan pemahaman untuk lebih memahami pesan dan hukum
dari kedua sumber ajaran Islam tersebut, Sehingga pendidikan Islam selain tetap
mengacu pada kedua sumber tersebut juga, tetap terbuka terhadap unsur lain
dalam menentukan rujukan seperti halnya Ahmad Tafsir menambahkan Akal sebagai
sumber filosofis pendidikan Islam.
Dengan demikian dasar-dasar Pendidikan
Islam paling tidak yaitu terdiri dari Al-Qur’an, Sunah dan ijtihad,
walaupun sebenarya ijtihad disini hanya pemahaman dan penerjemahan terhadap
kedua sumber utama tersebut, namun seperti yang dijelaskan tadi perlunya
ijtihad digunakan karena semakin banyaknya permasalahan yang berkembang
sekarang ini dalam bidang pendidikan, sehingga ijtihad bisa menjadi sumber lain
dalam penyelenggaran pendidikan, karena diperlukannya pemikiran-pemikiran baru
yang berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu
adanya terobosan ilmiah sebagai penunjang dalam pengembangan Pendidikan Islam
secara sistematis.
Pengembangan sistem pendidikan yang sistematis
merupakan harapan mendasar untuk memperbaiki sistem pendidikan Islam saat ini.
Jadi dengan pengembangan sistem pendidikan yang mengadopsi dari hal-hal baru
yang baik merupakan suatu keharusan, dengan catatan sesuai dengan konsep dasar
landasan pendidikan islam yaitu Al-Qur’an dan Hadis,karena dengan membuka
diri kepada sesuatu yang baru yang baik, sejalan dengan dialektika pendidikan.
Karena pendidikan tidak hanya mengajarkan sejumlah pengetahuan, namun justru
mengajarkan bagaimana suatu pengetahuan itu disusun dan ditemukan.[9]
C.
Komponen
Sistem Pendidikan
untuk menghasilkan output dari
sistem pendidikan yang bermutu, hal yang paling penting adalah bagaimana
membuat semua komponen yang dimaksud berjalan dengan baik. Yang mana pendidik,
sisawa, materi pendidikan, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan semuanya
satu langkah menuju pencapaian tujuan pendidikan itu.
Komponen dalam sistem
pendidikan ada 6, yaitu: tujuan, siswa, pendidik, isi/materi, situasi lingkungan,
dan alat pendidikan.[10]
1.
Tujuan
Tujuan pendidikan berfungsi sebagai arah yang ingin dituju
dalam aktivitas pendidikan. Dengan adanya tujuan yang jelas, maka
komponen-komponen pendidikan yang lain serta aktivitasnya senantiasa berpedoman
kepada tujuan, sehingga efektivitas proses pendidikannya selalu diukur apakah
dapat dan dalam rangka mencapai tujuan atau tidak.
Menurut al-Abrasyi, tujuan
akhir pendidikan Islam adalah:[11]
a.
Pembinaan akhlak
b.
Menyiapkan peserta didik untuk hidup di dunia dan akhirat
c.
Penguasaan ilmu
d.
Keterampilan bekerja dalam masyarakat
2. Siswa
Siswa/peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan
tertentu.
Peserta didik dalam pendidikan Islam selalu terkait dengan pandangan Islam
tentang hakikat manusia, yaitu makhluk yang memiliki dua dimensi (jasmanyiah
dan ruhaniyah) yang didesaian dengan sebaik-baik model dan sekaligus fleksibel
serta berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Keutamaan lain yang diberikan Allah
SWT adalah fitrah, yakni potensi manusiawi yang educable.[12]
3. Pendidik
Secara umum, pendidik adalah orang yang mempunyai tanggung jawab untuk
mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan Islam
adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam.[13]
4.
Materi/isi Pendidikan
Materi adalah bahan-bahan
pelajaran yang disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem
institusional pendidikan.[14]
Materi/isi pendidikan
adalah segala sesuatu pesan yang disampaikan oleh pendidik kepada siswa dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan
di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat, terdapat syarat utama dalam
pemilihan beban/materi pendidikan, yaitu: (a) materi harus sesuai dengan tujuan
pendidikan, (b) materi harus sesuai dengan kebutuhan siswa.[15]
Klasifikasi Ibnu Khaldun
tentang ilmu-ilmu dasar pengetahuan Islam yang bersumber dari Al Qur’an
meliputi sebagai berikut:[16]
a. Ilmu pengetahuan filosofi dan intelektual, terdiri dari: logika, fisika,
medis, pertanian, metafisika, serta ilmu yang berkaitan dengan kuantitas.
b. Ilmu-ilmu pengetahuan yang disampaikan (transmitted sciences),
terdiri dari: ilmu Al Qur’an, tafsir dan tajwid, ilmu hadis, ilmu fiqh, teologi
(ilmu ketuhanan), dan bahasa.
5.
Lingkungan Pendidikan
Lingkungan Pendidikan
adalah suatu ruang dan waktu yang mendukung kegiatan pendidikan. Proses
pendidikan berada dalam suatu lingkungan, baik lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah atau lingkungan masyarakat.
a.
Lingkungan keluarga, merupakan awal mula pendidikan Islam
b.
Lingkungan sekolah, terdiri dari: Raudhatul Atfal, Madrasah Diniyah, Madrasah
Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Universitas Islam
c.
Lingkungan masyarakat, contohnya: pondok pesantren, masjid dan mushala, TPA.[17]
6.
Alat Pendidikan
Alat pendidikan adalah
pendukung dan penunjang pelaksanaan pendidikan yang berfungsi sebagai perantara
pada saat menyampaikan materi pendidikan, oleh pendidik kepada siswa dalam
mencapai tujuan pendidikan. [18]
Alat pendidikan dapat
membentu dan bahkan terkadang dalam hal tertentu dapat menggantikan peran
pendidikdalam proses pembelajaran.[19]
Dalam prakteknya paling
tidak ada dua macam alat pendidikan. Pertama alat pendidikan dalam arti metode,
kedua alat pendidikan dalam arti perangkat keras yang digunakan seperti media
pembelajaran dan sarana pembelajaran.
D.
Keistimewaan Sistem
Pendidikan Islam
Sistem pendidikan Islam
memiliki keistemewaan dibanding sistem pendidikan lain, yaitu:[20]
1.
Adanya korelasi antara bahan-bahan pelajaran dengan agama
2.
Mewujudkan prinsip dan sistem desentralisasi dalam belajar
3.
Asas persamaan dalam pengajaran dan demokratisasi dalam pendidikan Islam
4.
Mengkaitkan ajaran agama dengan kehidupan manusia
5.
Asas kewajiban mengajar.
E.
Definisi Metode Pendidikan Islam
Secara literal metode
berasal dari bahasa Greek, yaitu meta
yang berarti melalui, dan hodos yang
berarti jalan. Jadi, metode berarti jalan yang dilalui. Menurut Ahmad Tafsir,
metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.
Sedangkan menurut Abdul Munir Mulkan, metode pendidikan adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan
pendidikan kepada peserta didik.[21]
Metode pendidikan Islam
adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan yang didasarkan asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai supra sistem.[22]
M. athiyah al-abrasy mengartikan metode sebagai
jalan yang dilaluiuntuk memperoleh pemahaman peserta didik. Sementara Abdul
azizi mengartikan metode sebagai cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan,
pandangan, kebiasaan berfikir, serta cinta kepada ilmu, guru, dan sekolah.
Metode diperlukan untuk mengatur pembelajaran dari persiapan sampai evaluasi.[23]
Istilah
sering sekali disamakan dengan istilah pendekatan,strategi dan teknik sehingga
dalam penggunaanya sering saling bergantian yang pada intinya suatu cara untuk
mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan atau cara yang cepat dan tepat untuk
meraih tujuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Isitilah pendekantan bersifat aksiomatis yang
menyatakan pendirian, filsafat, dan keyakinan, walaupun hal itu tidak mesti
dapat dibuktikan. Ia terkait dengan serangkaian asumsi mengenai hakikat
pembelajaran[24].Pendekatan
merupakan kerangka filosofis dan teoritis yang menjadi dasar pijak
bagi cara yang ditempuh seseorang untuk mencapai tujuan.. contohnya pendekatan
humanisme, leberalisme, behaviorisme, dan pendekatan kognitivisme.
Metode
Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan
agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek sasaran,
yaitu pribadi Islami. Selain itu metode pendidikan Islam dapat diartikan
sebagai cara untuk memahami, manggali, dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga
terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Nabi Muhammad SAW. Juga
telah meberikan beberapa metode atau cara mendidik contohnya dalam hadits
sebagai berikut: مرو ا الصبي با لصلاة اذا بلغ سبع سنين واذا بلغ
عشر سنين فاضربوه عليها
“Suruhlah anak-anakmu bersembahyang apabila ia telah berumir tujuh tahun dan
apabila ia sudah berumur sepuluh tahun ia meninggalkan sembahyang itu maka
pukul ia.” (HR. Tirmizi) Adapun Metode yang digunakan oleh Dra. Hj. Nur
Uhbiyati yang mengutip dari Muhammad Qutb di dalam bukunya Minhajut Tarbiyah
Islamiyah menyatakan bahwa teknik metode pendidikan islam itu ada lima macam
yaitu:
a.
Metode Pendidikan Melalui Teladan yaitu:
merupakan salah satu teknik pedidikan yang efektif dan sukses.
b.
Metode Pendidikan Melalui Nasihat. Didalam jiwa
terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-kata yang didengar, pembawaan
itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang.
c.
Metode Pendidikan Melalui Cerita. Cerita
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan manusia, sebab bagaimanapun cerita
sudah merajut hati manusia dan akan mempengaruh kehidupan mereka.
d.
Metode Pendidikan Melalui kebiasaan. Kebiasaan
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena itu menghemat banyak
sekali kekuatan manusia karena kebiasaan yang mudah melekat dan spontan agar
kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatn yang bermanfaat.
e.
Metode Pendidikan Melalui Peristiwa-peristiwa.
Hidup ini penuh perjuangan dan merupakan pengalaman-pengalaman dengan berbagai
peristiwa, baik yang timbul karena tindakanya sendiri, maupun karena
sebab-sebab diluar kemampuanya, Guru yang baik tidak akan membiarkan peristiwa
peristiwa itu berlalu begitu saja tanpa di ambil menjadi pengalaman yang
berharga, ia mesti menggunakanya untuk membina, mengasuh dan mendidik jiwa,
oleh karena itu pengaruhnya tidak boleh hanya sebentar itu saja. Pada jaman sekarang
pendidikan sangat beragam dan menggunakan alat yang serba canggih, ada yang
mengunakan televisi, komputer dan lain sebagainya. Maka dari itulah metode
menurut Dra. Jakiah Drajat dalam bukunya yaitu Pendidikan Islam mengatakan
bahwa metode yang akurat adalah bagaimana caranya mengunakan alat yang serba
canggih itu supaya mudah menyampaikan materi kepada anak-anak didik.
Contoh metode pendidikan agama islam:
a. Metode
pidato,(khotbah) efektif bila pendidik terampil menyampaikan
b. Metode tanya
jawab, yang meliputi masalah-masalah kehidupan peserta didik yang perlu jawaban
sesuai dengan ajaran islam
c. Metode
diskusi,diarahkan pemantapan pengertian peserta didik pembentukan sikap hidup
keagamaan
d. Metode
komparatif, membandingkan ajaran islam dengan filsafat/ajaran agama lain secara
ilmiah
e. Metode
client-centereand therapist, pendekatan terhadap kesukaran peserta didik dalam
berbagai bidang kehidupana; seksualitas, ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan,
kesenian, kebudayaan, keagamaaan serta kejiwaan
f. Metode
reinforcement, terhadap penerapanajaran-ajaran islam dikalangan mereka, baik
dalam sekolah atau diluar sekolah
g. Metode-metode
lain yang berupa dramatisasi dalam bidang-bidang ajaran islam yang mungkin dan
sebagainya. Seperti metode: proyek,eksperimen, pemberian tugas dan resitasi,
menggambar, latihan, numberhead,dll
Dan dapat menggunakan metode diskusi, seminar,
memecahkan masalah hidup dan yang paling penting adalah macam-macam metode
tersebut diatas sangat bergantung pada faktor pendidik dalam hal;
professionalisme, teknis, keasyarakatan, sehingga pendidik aka terlihat lebih
dari pendidik, pengajar, tetapi juga sebagai pembawa norma, psycoteraphy yang
harus mengadakan komunikasi secara erat dengan peserta didik[25]
Dasar-dasar penggunaan metode pendidikan islam yang
penting untuk diperhatikan adalah dasar agamis, biologis, dan psikologis yang
meliputi;
a. Tujuan
pendidikan dan pembelajaran, yang akan disampaikan , yang mencakup domain
kognitif, afektif, dan psikomotorik guna mendapatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan kehidupan dunia-akhirat
b. Peserta
didik sebagai manusia yang memiliki potensi dan sekaligus kelemahan individual
dan kolektif sesuai dengan kondisi fisik, psikis, dan usianya. Kompleksitas
bakat dan minat masing-masing peserta didik harus dilihat dan diperlakukan
secara humanis dengan cara yang bijak.
c. Situasi
dan kondisi lingkungan pembelajaran, baik dari aspek fisik, materil, sosial,
dan psikis emosional
d. Fasilitas
dan media pembelajaran yang tersedia beserta kualtasnya
e. Kompetensi
pendidik baik professional, pedagogis, sosial, maupun kepribadianya.
Denganpertimbangan lima dasar diatas maka
metode dan teknik pelaksanaan pembelajaran menjadi fleksibel, relatif, dan tentatif.
F.
Prinsip Metode PendidikaIslam
Pada
dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode(termasuk juga
strategi dan teknik) dalam pendidikan islam dengan metode dalam pendidikan
lain. Jika diperhatikan, perbedaanya hanya terletak pada nilai spiritual dan
mental yang menyertainya pada saat metode tersebut dilaksanakan dan
dipraktikan. Prinsip metode pendidikan islam yang mengandung unsur-unsur
pembeda adalah:
Prinsip metode
pendidikan islam;
1. Niat
dan orientasi dalam pendidikan agama islam, yakni untuk mendekatkan hubungan
antara manusia dan tAllah dan sesama makhluk.
2. Keterpaduan(integrative,
tauhid), dalam pendidikan islam ada kesatuan antara iman-ilmu-amal,
iman-islam-ihsan.
3. Bertumpu
pada kebenaramateri yang disampaikan harus benar, disampaikan dengan cara yang
benar, dan dengan dasar niat yang benar.
4. Kejujuran
dan amanahbrbagai metode yang dipakai dalam pendidikan islam harus memegang
teguh prinsip kejujuran(akademik) kebohongan dan dusta dalam bentuk apaun tidak
bisa dibenarkan.
5. Keteladanan,
dalam pendidikan islam ada kesatuan antara iman-ilmu-amal pendidik dituntuk
menjadi teladan bagi peserta didiknya.
6. Berdasar
pada nilai, metode pendidikan islam teap pada nilai etika-moral.
7. Sesuai
dengan usia dan kemampuan akal, pendidikan hendaknya diberikan kepada peserta
didik setelah mereka berusia minimal tujuh tahun[26]
8. Sesuai
dengan kebutuhan peserta didik, bukan hanya untuk memenuhi keinginan pendidik,
apalagi untuk proyek semata.
9. Mengambil
pelajaran pada setiap kasusu atau kejadian, yang menyenagkan atau menyedihkan.
Mengambil pelajaran dimulai dengan pikiran positif dan menerima perjalanan
hidup dengan tidak berlebihan dalam menyikapinya.
Proorsional
dalam memberikan janji, yang menggembirakan dan ancaman untuk mendidik
kedisiplinan, proporsional karena harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
peserta didik.
G.
Fungsi Pendidikan Islam
Pembahasan tentang pendidikan agama memang bisa
jadi sangat luas, akan tetapi bisa diperinci menjadi beberapa bagian sesuai
dengan aspek-aspek yang ada.. Dalam membahas fungsi pendidikan agama Islam,
kita patut mengungkapkan uraian-uraian yang terkandung dalam kurikulum
pendidikan agama Islam, karena pada dasarnya, disanalah tertuang fungsi-fungsi
pendidikan tersebut.
Fungsi tersebut adalah garis-garis besar
penjabaran dari fungsi pendidikan agama Islam. Adapun fungsi tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Fungsi
Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada
Allah SWT. yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan
pertama – tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketaqwaan dilakukan oleh
setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan
lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar
keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan
tingkat perkembangannya.kitab-kitab adalah salah satu pendukung dalam
penjabaran fungsi pendidikan agama
b. Fungsi
Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia
dan di akhirat.
c. Fungsi
Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya
sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Fungsi
Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan
dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman
ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Fungsi
Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari
budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya
menuju manusia seutuhnya.
f. Fungsi
Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan
nir-nyata), sistem dan fungsionalnya.
g. Fungsi
Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di
bidang agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal sehingga
dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.
dikemukakan oleh Yusuf Amir Faisal, tujuan
pendidikan Islam pada hakekatnya sama dengan tujuan diturunkannya agama Islam
yaitu untuk membentuk manusia yang bertakwa (muttaqîn)
Selanjutnya Faisal merinci manusia yang
bertakwa itu adalah yang:
1)Dapat melaksanakan ibadah mahdah dan ghair
mahdah,
2)Membentuk warga Negara yang bertanggungjawab
kepada masyarakatnya, bangsanya, dalam rangka bertanggung jawab kepada Allah.
3)Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional
yang siap dan terampil untuk memasuki teknostruktur masyarakatnya.
4) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu
agama Islam.
H. Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang
Seharusnya
Antara materi, metode, dan tujuan pendidikan
harus saling berkaitan dan mengembangkan sehingga benar-benar efektif (tepat
guna) dan efesien (berhasil guna). Sehingga konsisten dan relevan dengan tujuan
akhir pendidikan islam yang hendak dicapai. Metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup umat islam khususnya di Indonesia, adalah
metode-metode yang digali dari sumber-sumber pokok ajaran islam sendiri serta
metode-metode yang baru muncul akhir-akhir ini di dalam dunia pendidikan yang
tidak menghilangkan faktor keimanan dan nilai moralitas islami. Masa depan
manusia adalah masa depan kehidupan Tekno, Bio dan Sosio, dimana umat manusia
berada dalam tahap kehidupan yang banyak diberi kemudahan-kemudahan iptek yang
canggih, disamping itu kehidupan masa depan juga terkena dampak-dampak negative
dari kemajuan iptek yang pada dasarnya lebih mengandalkan rasio (akal dan
kecerdasan otak) daripada nilai-nilai moral dan spiritual. Khusus mengenai
metode pendidikan islam, sasaran prosesnya tidak hanya terbatas pada masalah
internalisasi dan transformasi nilai-nilai agama atau tidak saja mengajarkan
agama tetapi juga ilmu dan teknologi. Metode pendidikan islam adalah jalan yang
harus dilalui dimana faktor iman dan kemampuan bertakwa dalam perilaku pribadi dan
sosial, dijadikan pusat program kurikuler baik di lembaga pendidikan umum
maupun keagamaan. Tidak ada sebuah metode apapun yang dianggap paling efektif
tanpa dikaitkan dengan kemampuan pendidikan dalam penerapannya. Karena itu,
pendidikan profesional keguruan yang menjadikan produknya memiliki kompetensi
sebagai guru yang profesional, menjadi lebih penting lagi. Pada era kehidupan
saat ini masyarakat banyak menyerahkan pendidikan anak-anaknya kepada sekolah,
padahal saat ini banyak terjadi krisis kependidikan yang dikaitkan dengan
faktor moralitas dan keterampilan yang kurang siap pakai dalam dunia kerja.
Umat manusia perlu berani melakukan terobosan-terobosan baru dalam menerapkan
sistem dan metode yang mampu mengintegrasikan antara iman dan ilmu serta teknologi
modern. Inilah yang menjadi problema pokok dalam strategi pendidikan islam masa
kini dan akan datang. Krisis pendidikan itu pada hakikatnya bersumber dari
krisis nilai-nilai dalam masyarakat yang belum menemukan metode efektif.
Nilai-nilai yang sangat rawan terhadap dampak iptek tersebut adalah nilai-nilai
cultural yang sifat dasarnya relative, berubah-ubah sesuai kecenderungan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
dalam Islam merupakan proses perubahan sikap dan tatalaku orang dalam usaha
mendewasakan manusia supaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan Islam adalah
usaha maksimal untuk menentukan kepribadian anak didik berdasarkan
ketentuan-ketentuan yang telah di gariskan dalam al-qur’an dan
as-sunnah/al-hadits.
Al-qur’an merupakan pendidikan secara umum,
yang merupakan pendidikan secara khusus, kelebihan dalam al-qur’an terletak
pada metode yang menakjubkan dan unik sehingga dalam konsep pendidikan
yang terkandung di dalamnya, al-qur’an mampu menciptakan individu yang beriman
dan senantiasa meng-Esakan Allah, serta mengimani hari akhir.
Assunnah/al-hadits adalah: Perbuatan, perkataan
ataupun pengakuan Rosul Allah SWT, pengakuan itu sendiri adalah kejadian atau
perbuatan orang lain yang diketahui Rosulullah, untuk membina umat manjadi
manusia seutuhnya. Al-Hadits sebagai dasar Islam tidak terlepas dari fungsi itu
sendiri terhadap al-qur’an, fungsi as-sunnah terhadap al-qur’an adalah sangat
penting.
Sistem adalah
suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang masing-masing
bekerja sendiri dalam fungsinya yang berkaitan dengan fungsi dari komponen
lainnya yang secara terpadu bergerak menuju ke arah satu tujuan yang telah
ditetapkan.
Metode menurut
Dra. Hj. Nur Uhbiyati ada lima macam yaitu: a. Metode Pendidikan melalui
Teladan b. Metode Pendidikan melalui Nasihat c. Metode Pendidikan melalui
Cerita d. Metode Pendidikan melalui Kebiasaan e. Metode Pendidikan melalui
Peristiwa-Peristiwa Sistem dan Metode Pendidikan Islam yang Seharusnya antara
materi, metode, dan tujuan pendidikan harus saling berkaitan dan mengembangkan
sehingga benar-benar efektif (tepat guna) dan efesien (berhasil guna).Sehingga
konsisten dan relevan dengan tujuan akhir pendidikan islam yang hendak dicapai.
B.
Saran
Setelah adanya kajian tentang
sistem dan metode pendidikan Islam sebagaiamana yanag dipaparkan dalam makalah
ini, penulis berharap semoga kita sebagai calon guru PAI dapat mengetahui
bagaimana sistem pendidikan Islam. Sehingga setelah kita mengetahui
komponen-komponen yang terdapat di dalamnya, kita dapat “mengolahnya”, agar
masing-masing komponen yang bertugas sesuai fungsinya akan bekerja antara satu
dengan yang lainnya dalam rangkaian satu sistem. Serta mampu secara terpadu
bergerak ke arah tujuan sesuai dengan fungsinya. Demi tercapainya tujuan
pendidikan Islam.
Sebagai pendidik yang
bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi peserta didik, kita harus mampu
mencetak generasi muslim yang berkualitas. Kita harus berani melakukan
terobosan baru, jangan terpaku pada metode lama. Kita harus mampu menggunakan
metode yang efektif dan efisien. Mempelajari tentang metode pendidikan Islam
merupakan salah satu langkah awal untuk menjadi pendidik yang profesional, demi
terciptanya muslim yang paripurna.
DAFTAR PUSTAKA
ü
Abidin Nata, Kapita Selekta Pendidikan
Islam(Bandung:Angkasa Bandung,2003),h.76
ü
Eneg Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta
: Diadit Media. 2010 ) h. 123-124
ü
,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Kalam
Mulia,2002), h. 68
ü
Tatang Amirin, Pengantar Sistem(Jakarta:
Rajawali Press, 1886), h. 11
ü Rusli Karim,
Pendidikan Islam antara Fakta dan Cita (Yogyakarta:Tiara Wacana,1991
ü Anas Sudjana,
Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai suatu Sistem (Bandung: Rosda Karya,
1997), Abdul Mujib dan yusuf Mudzakkir, ilmu pendidikan islam,
ü Dr. Moh. Rokib,ilmu
pendidikan islam,(yogya:2009),
ü Muljanto
Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan Metodologi,(jakat=rta:bulan
bintang,1974)
ü Prof. H
Muzayyin Arifin,
ü W.J.S.
Poerwadarminta, kamus umum bahasa indonesia
ü Muljanto sumardi,
pengajaran
ü Muh. Quthb
diterjemahkan Drs. Salman Harun,Sistem Pendidikan Islam,(bandung;percetakan
offset)
ü Asma Hasan
Fahmi, Sejarah dan filsafat
[2] Anas Sudjana,
Pengantar Administrasi Pendidikan Sebagai suatu Sistem (Bandung: Rosda Karya,
1997), h.21-26
[6] Ahmad Tafsir, Ilmu
Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.
22
[9] Muhmidayeli, Membangun Paradigma
Pendidikan Islam, Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau, (Pekanbaru, 2007), h. 215.
[11] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 49
[13] Al-Rasyidin dan Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 41
[19] Moh. Roqib, Op. Cit.,
hlm. 69
[20] Ali al-Jumbulati dan Abdul Futuh at-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan
Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 23
[21] Al-Rasyidin dan Samsul
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Press, 2005), hlm. 65
[22] Moh. Roqib. Ilmu
Pendidikan Islam..., hlm. 91
[24] Muljanto
Sumardi, Pengajaran Bahasa Asing: Sebuah Tinjauan Metodologi,(jakat=rta:bulan
bintang,1974), hlm.11
kalo kapita tentang aktivisa ada ga
ReplyDelete