Popular Posts

Sunday, June 28, 2015

Psikologi Perkembangan



BAB I
PENDAHULUAN

A.                 Latar Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik atau psikologisnya. Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik lebih dikenal dengan sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan perkembangan psikologis.
Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia (binatang) diantara konsepsi (pembuahan) dan mati. Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan dibahas mengenai teori-teori psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
B.                  Rumusan Masalah
Rumusan msalah yang akan dibahas adalah:
1.      Pengertian Perkembangan
2.      Teori-Teori & Konsep Dasar Perkembangan
3.      Perkembangan dalam Perspektif Islam

C.                  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Agar Mahasiswa dapat memahami teori dan konsep psikologi perkembangan serta dapat mengambil manfaat dan mengalikasikannya dalam kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN
A.                 Pengertian Perkembangan
Istilah lain yang hampir sama dengan perkembangan dan sering kita dengar diantaranya adalah:
a. Pertumbuhan (growth) 
Istilah pertumbuhan lazim digunakan dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis.Pertumbuhan dalam perkembangan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif dan mengarah kepada fungsi-fungsi fisik. Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap, dan kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia.
b. Kematangan (maturation)  
Kematangan adalah merupakan potensi individu yang dibawa sejak lahir , timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Kematangan awalnya adalah hasil dari adanya perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu yang sering disebut kematangan biologis yang kemudian mempengaruhi kematangan pada aspek psikis yang meliputi keadaan berpikir, rasa, kemauan, dan lain-lain.
c. Perubahan (change)
Perkembangan mengandung perubahan, tetapi bukan berarti setiap perubahan bermakna perkembangan.Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimana dia berada, yang sering disebut aktualisasi diri.
    Secara garis besar, perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan dapat dibagi kedalam empat bentuk, yaitu:

¤    Perubahan dalam ukuran besarnya
Perubahan dalam bentuk dan ukuran ini terlihat dalam pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental seseorang.
¤    Perubahan dalam proporsi
    Anak bukanlah manusia dewasa dalam bentuk kecil,melainkan keseluruhan tubuhnya menunjukkan proporsi yang berbeda dengan orang dewasa. Perubahan proporsi juga tampak dalam perkembangan mental.Pada anak-anak imajinasinya sangat bercoarak atau diwarnai fantastic, sangat jauh dari kenyataan. Secara berangsur, semakin bertambah usia, unsur fantastik menjurus ke arah yang lebih realistik.
¤    Hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama
Hal ini terjadi pada ciri-ciri fisik dan mental.
¤    Timbulnya atau lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru
Dengan menghilangnya bentuk ciri-ciri lama yang tidak berguna lagi, maka timbullah ciri-ciri dan bentuk perubahan fisik dan mental yang baru. Beberapa perubahan tersebut terjadi karena proses belajar. Tetapi kebanyakan dari perubahan itu merupakan hasil proses kematangan yang pada saat lahir belum sepenuhnya berkembang.
Sedangkan pengertian Perkembangan itu sendiri, ada beberapa teori perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
1.    Teori asosiasi
Teori ini dikemukakan oleh psikolog jerman bernama Johann Friederische Herbart. Dia berpendapat bahwa seluruh proses perkembangan diatur dan dikuasai oleh kekuatan dan hukum asosiasi, perkembangan terjadi karena adanya unsur-unsur yang bersosiasi sehingga sesuatu yang semula bersifat simpel semakin lama-semakin kompleks.
Herbart anak yang baru lahir keadaan jiwanya masih bersih. Sejak alat indranya menangkap sesuatu yang datang dari luar, maka alat indra itu mengirimkan gambar atau tanggapan ke dalam jiwanya. Makin banyak tangkapan makin banyak pula tanggapan. Dalam jiwa tanggapan-tanggapan ini saling berasosiasi, dengan kekuatan yang dapat diukur. Tanggapan yang sejenis berasosiasi dengan tanggapan yang tidak sejenis, tolak menolak secara mekanis, dan makin lama makin banyak, makin kompleks. Inilah perkembangan menurut teori herbart.
2.    Teori gestalt
Teori ini dikembangkan oleh Wilhelm Wundt berendapat bahwa perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang simpel ke suatu yang kompleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh tapi samar-samar) ke makin lama makin dalam keadaan jelas, nampak bagian-bagian dari keseluruhan itu. Jadi dari keadaan gestalt ke struktur. Contohnya sepeda adalah suatu gestalt dari bagian-bagian, yang masing-masing merupakan kesatuan: stang, roda, rantai, gir, ban, jok, dll. Teori ini menunjukkan bahwa perkembangan bukan proses-proses asosiasi melainkan proses differensiasi.
3.    Teori sosialisasi
Penggagas teori ini adalah Mark Baldwin ia berpendapat bahwa perkembangan itu adalah proses sosialisasi dari sifat individualis. Teori baldwin ini terkenal dengan “circular reaction” yaitu bahwa perkembangan sebagai proses sosialisasi, adalah dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi berlangsung atas dasar hukum efek (law of effect). Tingkah laku pribadi seseorang adalah hasil dari peniruan (imitasi).
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri sedang adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. oleh efeknya sendiri tingkah laku dipertahankan, selanjutnya dapat ditingkatkan faedah dan prestasinya. Dalam hal ini terkandung daya kreasi, sehingga manusia mampu menggunakan hasil peniruan itu sesuai dengan kebutuhan sendiri.
4.    Teori freudism
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud, dalam mengemukakan teorinya ia menggunakan contoh: “pada masa bayi manusia belum bermoral, kemudian memiliki moral secara heterogen, dan akhirnya memiliki moral dengan norma yang ditetapkan sendiri secara otonom”. Proses pemilikan moral dari heterogen ke moral otonom disebut internalisasi. Sebab norma moral tersebut ditentukan sendiri oleh manusia dengan menggunakan faktor internalnya. Proses internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi. Oleh karena proses ini menggunakan masyarakat sebagai faktor utama, maka teori ini dapat dimaksudkan sebagai teori sosialisasi.
Dari beberapa definisi perkembangan diatas, dapat disimpulkan bahwa “Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan yang semakin membesar, melainkan didalamnya terkandung serangkaian perubahan yang berjalan terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan, dan belajar.”
Perkembangan manusia dimulai sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan.

 

B.                  Teori-Teori & Konsep Dasar Perkembangan


Kumpulan fakta yang diikat oleh suatu hukum tertentu akan menjadi pendangan yang berlaku umum kemudian disebut sebagai teori. Suatu teori harus memenuhi syarat-syarat formal (Miller,1989) yaitu:
1.      Teori harus masuk akal (logis);didalamnya konsisten artinya tidak ada pernyataan-    pernyataan yang saling bertentangan.
2.      Teori secara empiris harus masuk akal; artinya tidak ada pengamatan ilmiah yang saling berlawanan.
3.      Teori harus dapat diuji dan bersifat hemat; artinya sedapat mungkin terdiri dari beberapa konstruk, proposisi.
4.      Teori harus mempunyai cakupan ilmu yang cukup luas dan mampu mengintregasikan peneliti terdahulu.
Sebagai salah satu bidang dari psikologi dan sebagai ilmu psikologi perkembangan memiliki teori-teori  yang ada sampai sekarang dan dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk memahami perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan perubahan waktu/zaman. Teori-teori psikologi perkembangan yang dapat membantu memahami perkembangan manusia, khususnya tingkah laku manusia yaitu:
Adalah suatu pandangan tentang kemanusiaan yang mengutamakan kekuatan ketidak sadaran yang dapat mendorong tingkah laku manusia.Psikoanalisis adalah metode penyembuhan yang diperkenalkan Sigmund Freud supaya pasien mempunyai pengertian yang mendalam mengenai konflik-konflik yang tidak disadari yang bersumber dari masa kecil yang mempengaruhi tingkah laku dan emosi saat ini.
Sigmund Freud bersama dengan Josefh Breuer melakukan praktik mengobati penderita histeria. Dari praktik tersebut ia menemukan metode pengobatan yang disebut psikoanalisis. Dalam mengkaji tingklah laku manusia pendakatan-pendekatan yang digunakan adalah :
a)      Pendekatan Dinamik
Dalam teorinya Sigmund Freud menggunakan hokum/prinsip alam diantaranya yaitu :
1)      Hukum konservasi energi
2)      Prinsip kesenangan
3)      Prinsip realitas
b)      Pendekatan Struktural
Pendekatan ini digunakan untuk mengkaji tentang struktur psikologi yang mengalirkan  dorongan-dorongan psikis yang ada (struktur berfungsi sebagai mediator) antara dorongan dan tingkah laku. Menurut Sigmund Freud ada tiga struktur utama yaitu: Id, Ego,dan Superego
1)            Id, Merupakan dorongandan motif yang tidak disadari (telah ada sejak lahir)dan bertindak atas dasar prinsip kesenangan, berusaha untuk dipuaskan secara langsung dan sesegera mungkin.
2)            Ego, Merupakan mekanisme untuk beradaptasi terhadap realitas. Ergo biasanya menunda dorongan psikis yang berasal dari Id sampai ada jalan yang dapat diterima oleh realitas.Ego juga bertindak sebagai mediator antara Id dan Super Ego.
3)            Super Ego dapat dianalogikan dengan hati nurani, disamping itu Super Ego mempunyai nilai-nilai yang disampaikan orang tua maupun masyarakat lainnya.
c)      Mekanisme Pertahanan Diri
Bahaya yang dating dari Id dan lingklungan dapat menimbulkan kecemasan, oleh karena itu sedapat mungkin ego dapat mengatasi secara realistis dengan menggunakan kemampuan dan keteramp[ilan pemecahan masalah yang dimiliki. Apabila bahaya itu berlebihan dan mengancam ego, maka dipergunakan mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan diri yang lazim digunakan adalah:
1)            Regresi
2)            Proyeksi
3)            Reaksi formasi
4)            Represi
5)            Sublimasi
6)            Fiksasi
d)      Pendekatan Topografi
Menurut Sigmund Freud dalam fikiran manusia terdapat tiga kawasan yaitu; kawasan ketidak sadaran, kawasan pra kesadaran, kawasan kesadaran.
Ketidaksadaran adalah suatu kawasan yang luas tetapi tidak diketahui, sedangkan pra kesadaran adalah kawasan yang dikenal.

e)      Pendekatan Bertahap
Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia terdapat dua hal pokok yaitu:
1)      Bahwa tahun-tahun awal kehidupan memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian.
2)    Bahwa perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:
-         Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun )
-         Tahap anal (  usia 1-3 tahun )
-         Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)
-         Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
-         Tahap genital ( masa remaja)

a.      Perkembangan Psikososial
Seperti halnya Freud, E. Erikson mengatakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari beberapa tahap. Setiap anak harus mampu mengatasi krisis atau konflik yang terjadi pada setioap tahap agar siap menghadapi berbagai krisis yang akan dijumpai dalam kehidupan mendatang.Dalam pandangannya Erikson mengemukakan bahwa :
1)         Anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasuf yang mau begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya.
2)         Ego berfungsi utuk memahamki realitas dunia sosial agar indivbidu yang bersangkutan mampu menyesuaikan diri dan dapat menampilkan suatu pola perkembangan pribadi yang normal.
3)         Secara mendasar manusia adalah mskhluk yang nrasional, pikiran, perasaan dan tindakannya sebagian besar dikomtrol oleh ego.
Ketiga pandangan tadi yang membedakannya dengan Freud tantang manusia. Selanjutnya Erikson mengatakan lebih baik memperhatiokan perkembangan psikososial sepanjang rentang kehidupan dari pada perkembangan psikoseksual yang dasarnya biologis dan  hanya sampai masa remaja. Disamping itu juga Erikson menyatakan bahwa perkembangan emosi jauh lebih penting bagi kehidupan seseorang dari pada perkembangan seksual.
Seluruh rentang kehiduapn manusia terdiri atas dleapan tahap, dan selam hidupnya manusia akan menghadapi delapan macam krisis/konflik. Pada umumnya setiap krisis lebih bersifat ‘sosial’ dan mem punyai imlikasi yang sangat nyata terhadap masa depan individu yang bersangkutan. Kedelapan tahap tersebut sebagai berikut :
1).  Tahap 1     :  Basic Trust Versus Mistrust ( + sejak lahir sampai 1 tahun)
2).  Tahap 2     :  Autonomy Versus Shame doubt ( + pada usia 2 tahun sampai 3tahun).
3).  Tahap 3     :  Initiative Versus Guilt ( + pada usia 4 tahun sampai 5 tahun)
4).  Tahap 4     :  Industry Versus Inferiority ( + pada usia 6 tahun sampai pubertas)
5).  Tahap 5     :  Identity and Repudiation Versus Identity Diffusion (masa remaja)
6).  Tahap 6     :  Intimacy and Solidarity Versus Isolation (masa muda)
7).  Tahap 7     :  Generativity Versus Stagnation and Self Absorption (masa dewasa)
8).  Tahap 8     :  Integrity Versus Despair (masa tua)
c.       Prinsip Epigenetik
Yaitu suatu prinsip yang didasarkan pada pandangan bahwa sesuatu yang tumbuh itu mempunyai rancangan dasar, dan dari rancangan dasar itulah bagian-bagiannya akan bermunculan, di mana setiap bagian mempunyai pengaruh tersendiri, jika seluruh bagian itu telah dimunculkan maka akan terbentuklah suatu kesatuan yang berfungsi.

Sebagai manusia anak tidak dikendalikan insting maupun di “cetak” oleh pengaruh lingkungan.Tetapi anak adalah seorang pengkonstruk (contructivist).Yaitu seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, selalu menjawab tantangan lingkungan sesuai intepretasi (penafsirannya) tentang cirri-ciri esensi yang ditampilkan lingkungan.
Konstruksi anak tentang realitas (intepretasinya tentang lingkungan) tergantung pada tingkat perkembangan kognitifnya. Dengan demikian perkembangan kognitif anak ditentukan oleh:
a. Bagaimana anak menanggapi kejadian-kejadian yang ada dalam lingkungannya dan
b. Apa efek dari kejadian-kejadian tersebut terhadap perkembangan anak tersebut.
      Anak yang usianya berbeda akan membuat kesalahan berbeda pula dalam menjawab tes intelegensi, selanjutnya Piaget menyimpulkan bahwa intelegensi itu suatu atribut yang multidimensional.
a.      Intelegensi menurut pandangan Piaget
1). Intelegensi adalah suatu fungsi kehidupan yang mendasar yang  membantu organisme untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2). Satu-satunya tujuan aktivitas intelektual adalah untuk mencapai keseimbangan
3).  Lingkungan itu adalah suatu tempat yang menarik dan penuh dengan pelbagai rangsangan baru yang tidak segera dapat dipahami anak yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.
4).  Intelegensi adalah suatu atribut yang sangat majemuk, yang terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan yaitu isi intelegensi, struktru kognitif, dan fungsi intelektual.
b.      Tingkat perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat metode, yaitu :
1).  Periode sensori motor ( + sejak lahir hingga usia 2 tahun )
2).  Periode praoperasional ( + usia 2 tahun hingga 7 tahun )
3).  Periode operasional konkret ( + usia 7 tahun hingga 11 tahun )
4).  Periode operasional formal ( + usia 11 tahun hingga 15 tahun )
Menurut Bandura, dalam situasi sosial individu bisa belajar lebih cepat hanya dengan mengamati atau melihat perilaku orang lain. Dalam melakukan pengamtan terkait juga unsure kognitifnya, yakni adanya proses di dalam diri yang mewakili obyek-obyek yang nyata di luar apa yang diamati melalui alat inderanya. Proses tersebut kemudian menjadi dasar bagi munculnya tingkah laku yang sesuai dengan  apa yang telah diamati (Gunarsa, 1981). Individu mengamati perilaku tertentu melalui empat fase seperti yang dikemukakan oleh Bandura (1973), Gunarsa (1981), dan Gage dan Berliner (1984) sebagai berikut :
a. Fase memperhatikan (attention)
Fase ini merupakan dasar dari suatu proses pengamatan. Tidak adanya perhatian yang terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan pengamatan dan pembelajaran secara intensif. Berkembangnya perhatian individu terhadap suatu obyek dalam hal ini  perilaku dari modal tertentu berkaitan erat dengan adanya ingatnya. Dalam hal ini seberapa jauh kapasitas individu untuk mengingat berbagai stimulus yang diterimanya.Pada anak berusia sekolah perhatian lebih bersifat “sustained attention”, sementara “selective attention” adalah kemampuan untuk memilih salah satu dari sekian banyak stimulus yang datang padanya. Remaja tertarik dan menaruh perhatian terhadap perilaku model tertentu, karena model tersebut dipandangnya sebagai yang hebat, unggu,heroik, berkuasa atau anggun berwibawa. Di satu pihak berkembangnya perhatian pula oleh adanya kebutuhan dan minat pribadi. Semakin erat hubungannnya antara kebutuhan dan minat dengan perhatian, semakin kuat daya tariknya terhadap perhatian tersebut, dan demikian pula sebaliknya.
b. Fase menyimpang (retention)
Fase ini merupakan kelanjutan dari fase perhatian. Setelah memperhatikan dengan seksama, dan  mengamati perilaku dari model tertentu maka pada saat lain individu akan memperhatikan tingkah laku yang sama dengan model tersebut, Ini berarti individu memperhatikan, mengingat dan menyimpan stimulus yang diterimanya dalam “long term memory”  dalam bentuk symbol-simbol. Menurut Bandura, bentuk-bentuk symbol tersebut tidak hanya diperoleh melalui pengamatan visual, tetapi juga melalui verbalisasi. Ada symbol-simbol verbal yang nantinya bisa ditampilkan dalam perilaku yang tampak. Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan menirunya hanya terbatas pada kemampuan untuk melakukan simbolisasi melalui pengamatan visual.

c. Fase mereproduksi (reproduction)
Fase ini berkaitan dengan kemampuan motorik individu dalam mereproduksi perilakunya secara tepat.Misalnya, seorang remaja mengamati dengan penuh perhatian bagaimana ayahnya mengendarai mobil.Semua hasil pengamatan tersebut dicamkannya dalam “long term memory” untuk sewaktu-waktu direproduksi ulang. Dalam hal ini dituntut keterampilan motorik tertentu dari diri remaja untuk mempraktekkan apa yang sudah dilihat dari ayahnya.

d. Fase motivasi (motivation)
Apakah hasil pengamatannya terhadap perilaku modal tertentu akan diwujudkan dalam perilaku nyata ?Hal ini tergantung pada ada atau tidaknya motivasi dalam diri individu. Apabila motivasinya kuat untuk mewujudkan perilaku tersebut dalam bentuk nyata, maka ia akan melakukannya. Sering kali motivasi berhubungan pula dengan ada tidaknya factor penguat terhadap perilaku tersebut, baik penguat dalam bentuk pemberian pujian ataupun hadiah. Selain motivasi perlu pula adanya pengulangan terhadap perbuatan tersebut,hal ini berguna untuk memperkuat ingatannya. Mengulang suatu perbuatan untuk memperkuat perbuatan tertentu, disebut sebagai ulangan penguatan.
5.      Perspektif Humanistik
Penganut teori ini pada dasarnya berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai dorongan yang sangat kuat untuk merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, mencapai aktualisasi diri (self actualization).Mereka juga berpandangan holistik terhadap perkembangan manusia, yaitu manusia itu harus dilihat sebagai lebih dari sekadar sekumpulan dorongan-dorongan, instink-instink, atau pengalaman masa lalu.Bagi mereka setiap orang adalah manusia seutuhnya, unik dan patut dihargai.Pandangan ini dikenal pula sebagai eksistensialisme dan psikologi fenomenologi yaitu pandangan yang mencoba untuk memahami perilaku dari sudut pandang perilaku itu sendiri dan bukan dari sudut pengamat.
Dalam teori ini dikemukakan tentang hubungan antara konsep diri dengan perilaku seseorang selalu sejalan dengan konsep dirinya.
Dua pakar dalam pendekatan ini adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers.
a.      Abraham Maslow
Berbeda dengan psikolog yang biasanya berkutat dengan masalah-masalah psikologis yang diderita oleh para klien, perhatian Maslow malah lebih ditujukan kepada orang-orang yang sehat secara mental. Maslow (1968, dalam  Berger 1983 : 42) menyatakan bahwa “sifat manusia tidaklah seburuk seperti apa yang dipikirkan selama ini, dan sebaiknya kita bertolak dari sudut pandangan bahwa sebagian besar manusia adalah sehat”.
Maslow beranggapan bahwa manusia bukanlah hanya sekedar salah satu jenis binatang, melainkan adalah makhluk yang lebih tinggi derajatnya.
Manusia dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan menikmati hidup, termasuk pada waktu mengalami saat-saat yang membahagiakan yang disebut Maslow sebagai pengalaman puncak yaitu apabila seseorang merasa hidup dalam harmoni dengan Tuhan, alam, dan atau manusia lainnya.
Menurut Maslow, setiap orang dalam dirinya mempunyai sifat dasar sendiri dan memiliki motivasi yang sangat kuat untuk mengekspresikan sifat tersebut. Akan tetapi setiap orang pada mulanya harus dapat meyakinkan dirinya bahwa ia mampu memenuhi tuntutan pokok kelangsungan hidupnya, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar yang dituntut oleh semua makhluk hidup yang dimulai dari kebutuhan dasar yang umum sifatnya seperti makanan dan air, lalu terus meningkat sampai dengan kebutuhan yang khas manusiawi. Walaupun Maslow tidak mengatakan bahwa hirarkinya itu satu perkembangan, namun urutan susunannya tampak sebagai suatu perkembangan.
b.      Carl Rogers
Rogers setuju dengan Maslow yang menyatakan bahwa semua orang, bahkan juga kanak-kanak, selalu berusaha untuk mengaktualisasikan potensi mereka atau dengan perkataan Rogers mencoba menjadi manusia yang berfungsi penuh ( a fully functioning human being) (Rogers, 1981 dalam Berger 1983 ; 44). Rogers percaya bahwa setiap manusia mempunyai suatu ideal self  atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri untuk menjadi seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat selalu berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang ideal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara. Pertama, dengan cara meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self) dan kedua, dengan cara memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup berbagai variasi emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih jujur dan realistic.
Rogers juga percaya bahwa dalam proses menjadi seseorang yang berfungsi penuh, diperlukan panduan dari dan oleh orang-orang yang penting dalam hidup kita, yaitu orang-orang yang dapat digolongkan sebagai “significant others” (orang-orang yang berarti) seperti orang tua atau teman-teman karib kita yaitu orang-orang yang merawat kita dan mencintai, menerima dan menghargai kita apapun yang kita perbuat (orang-orang yang bersikap positif tanpa syarat).
Teori humanistic yang penuh dengan segala kemungkinan ini, juga menarik bagi para ahli psikologi perkembangan karena mereka berpandangan bahwa perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dapat terjadi dalam setiap tahap dari kehidupan, mulai dari kelahiran sampai akhir kehidupan.Segi lain yang menarik, dari teori humanistic adalah sudut pandangnya yang luas, yang memungkinkan para peneliti untuk memandang perkembangan sebagai suatu keseluruhan, suatu perbaikan terhadap pandangan para penganut teori perilaku (behaviorist) yang agak sempit itu. Hal lain yang menarik dari teori humanistic ini adalah tekanannya pada potensi manusia sebagai dasar dari perkembangan manusia, dan hasil ilmiahnya dapat diterjemahkan ke dalam program-program praktis untuk merangsang dan meningkatkan perkembangan secara optimal.

C.                  Perkembangan dalam Perspektif Islam

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
 “Dia-lah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”
(Q.S Al-:Mu’min :40:67)
Jauh sebelum para ahli psikologi dan pendidikan anak mengemukakan mengenai teori-teori perkembangan, terlebih dahulu Allah telah menerangkannya di dalam Al-Qur’an, yaitu yang terdapat dalam surat Al-mu’min ayat 40. Sebagaimana yang tertulis di atas tersebut.
Jika teori-teori dalam psikologi modern hanya mencakup kehidupan duniawi yang sementara, Al Quran memproyeksikan kehidupan manusia diatas kehidupan ini. Al Quran mengkaji kehidupan saat ini sebagai dasar kehidupan lainyang lebih permanen dan kekal. Manusia akan mengalami transformasi kepada kehidupan yang lain pertumbuhan dan perkembangannya yang bersifat transedental dan lebih tinggi.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai garis besar dari makalah ini, yaitu bahwasannya Perkembangan manusia dimulai sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan. Seorang individu bisa dikatakan mengalami perkembangan apabila ia telah mengalami pertumbuhan, kematangan dan perubahan baik jasmani maupun rohani. Dengan mempelajari Psikologi perkembangan, kita dapat memahami tingkah laku individu sesuai dengan masanya. Terdapat berbagai macam mengenai teori perkembanga, diantaranya: Psikoanalisis, Psikososial, Kognitif, Belajar Sosial dan Humanistik

Saran
Sebagai seorang calon guru, sudah seharusnya dapat memahami ilmu psikologi perkembangan. Dengan memahami keadaan psikologi perkembangan seorang murid, guru mampu mendidik dan menanggapi tingkah laku murid dengan tepat. Sehingga guru tidak salah dalam bertindak dan tidak menghambat langkah murid hanya karna guru tidak dapat memahami psikologi murid tersebut. Seorang guru harus pandai-pandai dalam menanggapi murid.




DAFTAR PUSTAKA
Pustaka;http://psikologi-isma.blogspot.com/2013/01/konsep-konsep-dalam-psikologi.html