Popular Posts

Tuesday, March 11, 2014

Filsafat Islam Al-Kindi



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat  dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Al-Kindi dan Pemikirannya yang merupakan salah tugas pendukung mata kuliah Filsafat Islam di semester tiga ini .
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Ibu Dra. Neneng Munajah, MA sebagai dosen mata kuliah Filsafat Islam ini
2.    Ibunda dan Ayahanda tercinta yang senantiasa mendukung dan mendo’akan  keberhasilan penulis
3.    Teman-teman semester tiga p2e yang telah berjuang bersama menyelesaikan makalah, serta
4.    Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, yang tidak bisa penulis sebutan satu persatu.

Penulis sadari masih terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harap untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga materi ini dapat bermanfaat untuk semua teman-teman semester tiga ini, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penyusunan tugas ini. 




BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang

Falsafat atau filsafat adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia sebagai gabungan dari philein yang berarti ”cinta“ dan shoppos yang berarti “hikmah“. Kemudian philosophia masuk kedalam bahasa arab menjadi Falsafat yang berarti cara berfikir menurut kogika dengan bebas, sedalam –dalamnya sampai kepada dasar persoalan.
Dari segi praktisnya berfilsafat berarti “berfikir“ .filsafat berarti “alam fikiran“ atau “alam berfikir”. Namun demikian tidak semua berfikir berarti berfilsafat.Sidi Gazalba mengartikan “berfilsafat“ berarti mencari kebenaran untuk kebenaran tentang segala sesuatu yang dimasalahkan,berfikir secara radikal, sistematis,dan universal. Dapatlah dikatakan bahwa intisari filsafat ialah berfikir secara logika dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama ) dan dengan sedalam – dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar persoalan.
Agama yang berarti menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada tuhan dengan menjalankan ajaran agama. intisari yang terkandung didalamnya adalah “ ikatan “. Agama mengandung arti ikatan – ikatan yanag harus dipegang dan dipatuhi manusia.Karena mempunyai pengaruh dalam aktivitas manusia. Dan ikatan itu, mempunyai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra.
Filsafat bagi al-kindi ialah pengetahuan tentang yang benar.Disinilah terdapat persamaan filsafat dan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar apa yang baik.demikian halnya filsafat. Agama, disamping wahyu, mempergunakan akal,dan filsafat juga menggunakan akal. Yang benar pertama bagi al-kindi ialah Tuhan dan filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan. Bahkan al-kindi berani mengatakan bagi orang yang menolak filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan menggolongkannya kepada “kafir”, karena orang – orang tersebut telah jauh dari kebenaran, walaupun menganggap dirinya paling benar. Karena keselarasan antara filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan:(1) ilmu agama merupakan bagian dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat saling bersesuaian dan,(3) menurut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam Agama.
Adanya jurang pemisah yang dalam antara islam dengan filsafat Aristoteles dalam berbagai persoalan, kemudian adanya serangan yang banyak dilancarkan oleh kalangan agama terhadap setiap pembahasan pikiran yang tidak membawa hasil yang sesuai dengan kaidah agama yang ditetapkan sebelumnya, serta hasrat para filsuf sendiri untuk dapat menyelamatkan diri dari tekanan-tekanan tersebut agar mereka bisa bekerja dengan tenang,  itulah hal-hal yang mendorong filsuf-filsuf untuk mempertemukan agama dengan filsafat.
Sebagaimana Al-Kindi, ia mempertemukan agama dengan filsafat atas dasar pertimbangan bahwa keduanya sama-sama merupakan ilmu tentang kebenarann, sehingga diantara keduanya tidak ada perbedaan. Pengaruh golongan Mu’tazilah Nampak jelas pada jalan pemikirannya, ketia ia menetapkan kesanggupan akal manusia untuk mengetahui rahasia-rahasia apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ilmu filsafat pertama yang meliputi ketuhanan, keesaan, keutamaan, dan ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana cara memperoleh hal-hal yang berguna dan menjauhkan hal-hal yang merugikan, dibawa kuga oleh rasul Tuhan.
Menurut Al-Kindi, kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran dan mengambilnya, dari manapun datangnya, meskipun dari bangsa-bangsa lain yang jauh letaknya dari kita. Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang mencari kebenaran dari pada kebenaran itu sendiri. Orang yang mengingkari filsafat berarti mengingkari kebenaran, dan karenanya maka ia menjadi kafir. Bahkan lawan-lawan filsafat sangat memerlukan filsafat untuk memperkuat alas an-alasannya.
Terkadang terdapat perlawanan dalam lahiriyah antara hasil pemikiran filsafat dengan ayat-ayat Al-Qur’an.Pemecahan Al-kindi terhadap masalah ini adalah bahwa kata-kata dalam bahasa Arab bisa mempunyai arti sebenarnya (hakiki) dan arti majazi (kiasan, bukan arti sebenarnya). Arti majazi ini hanya dinyatakan dengan jalan takwil ( penafsiran), dengan syarat harus dilakukan oleh orang-orang ahli agama dan ahli pikir.
Kalau ada perbedaan antara afilsafat dengan agama, maka perbedaan itu hanya dalam cara, sumber, dan cirri-cirinya, sebab ilmu nabi-nabi (agama) diterima oleh mereka sesudah jiwanya dibersihkan oleh Tuhan dan disiapkan untuk menerima pengetahuan (ilmu) dengan cara luar biasa diluar hokum alam.
Sesuai dengan pendirian Al-Kindi, bahwa filsafat harus memilih, maka ia sendiri berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya dengan jalan mengikuti pendapat orang-orang yang sebelumnya dan menguraikan sebaik-baiknya.

2.    Rumusan Masalah
1.       Siapakah al-Kindi itu dan apa saja karya-karyanya?
2.       Bagaimana pokok-pokok pemikiran filsafat Al-Kindi ?
3.       Apa saja hasil pemikirannya?
4.       Bagaimana keselarasan agama dan filsafat menurut Al-Kindi?

3.    Tujuan
1.       Mengetahui bagaimana biografi Al-Kindi.
2.       Mengetahui bagaimana pokok pemikiran Al-Kindi.
3.       Mengetahui hasil pemikirannya Al-Kindi.
4.       Mengetahui bagaimana keselarasan agama dan filsafat menurut Al-Kindi.





BAB III
PEMBAHASAN
1.    Biografi dan Pendidikannya 
Nama lengkap beliau adalah Abu Yusuf Ya'kub bin Ishaq As-Shabbah bin 'Imran bin Ismail bin Muhammad Al-Asy'ats bin Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801 M). Ia termasuk keluarga yang kaya dan terhormat. Kakek buyutnya bernama Al-Asy’ats ibnu Qays yakni seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang gugur sebagai Syuhada bersama sa’ad ibnu Abi Waqqas dalam peperangan antara kaum muslimin dengan Persia di Irak. Sedangkan ayahnya bernama Ishaq ibnu As-Shabbah yakni seorang Gubernur di Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (tahun 775-785 M) dan Al-Rasyid (tahun 786-809 M).namun ayahnya meninggal ketika ia masih usia anak-anak.
Al-kindi berasal dari Klan Kindah yakni salah satu Kabilah Arab. Selain dari itu, karena ia merupakan keturunan Arab, ia dimasukkan dalam kelompok filosof Arab. Nama Al-Kindi dinisbatkan pada sukunya yakni Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku yang dikenal memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi orang dikala itu. “Suku ini pulalah yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang terbesar dan tersebar para kesustraan Arab, sang penyair pangeran Imr Al-Qays yang gagal untuk memulihkan tahta kerajaan Kindah setelah pembunuhan ayahnya”.
Kalau diperhatikan dari tahun kelahiran al-Kindi, kita dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa ia hidup pada masa kekuasaan Bani ‘Abbas. Pada masa kecil ia telah merasakan masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Al Kindi sudah menjadi Yatim sejak ia masih berusia kanak-kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu dengan baik. Al Kindi sendiri mengalami masa pemerintahan lima Khalifah Bani Abbas, yakni Al-Amin (809-813 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Al- Mu’tasim (833-842 M), Al-Wasiq (842-847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M).
Al-Kindi adalah seorang yang aktif dalam segala aktivitas dilakukannya. Salah satu bentuk dalam kesibukannya ia menyibukkan dirinya untuk menerjemahkan karya-karya tulisan Yunani ke dalam Bahasa Arab, juga mengkoreksi hasil terjemahan orang lain atas karya-karya tersebut dan ia pun bekerja di Istana Khalifah Abbasiyah.  Tidak hanya itu, karena ia dipercaya oleh pihak Istana dengan kemampuannya untuk mengajar, maka iapun diangkat menjadi guru pribadi pendidik anak Khalifah di kala itu yang bernama Mu’tashim. Mu’tashim adalah Khalifah yang menggantikan Al-Makmun, sedangkan anak yang dididik oleh al-Kindi bernama Ahmad bin Mu’tashim. Namun di masa terakhir kehidupannya, ia diusir dari istana. Akhirnya ia meninggal di Baghdad pada Tahun 252 H/866 M. 
Al-Kindi mulai belajar sejak ia kecil, dan ia mempelajari ilmu-ilmu sesuai dengan kurikulum pada masanya. Ia mempelajari al-Qur’an serta belajar membaca, menulis, menghitung yang diperolehnya sewaktu ia masih Sekolah Dasar di Bashrah.  Kemudian ia melanjutkan ke Baghdad hingga tamat, sehingga ia mahir dalam berbagai cabang ilmu yang ada pada waktu itu, seperti ilmu ketabiban (kedokteran), filsafat, ilmu hitung, mantigh (logika), geometri, astronomi, seni musik, ilmu ukur dan lain sebagainya. Penguasaanya terhadap filsafat telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan Arab dalam jajarannya para filosof terkemuka. Karena itulah ia dinilai pantas menyandang gelar Failasuf al-‘Arab (filosof berkebangsaan Arab). Ia juga mempelajari ilmu-ilmu yang berasal dari Yunani, hingga sekurang-kurangnya memahami salah satu bahasa yang menjadi bahasa ilmu pengetahuan di kala itu yakni bahasa Suryani. Dari buku-buku Yunani yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Suryani inilah Al-Kindi menerjemahkannya kedalam bahasa Arab.

2.       Karya-Karyanya
Sebagai seorang ilmuwan ia sendiri mengarang buku-buku dan menurut keterangan Ibn Al-Nadim buku-buku yang ditulisnya berjumlah 241 berupa filsafat, logika, ilmu hitung, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, music, matematika, dan sebagainya. Dalam The Legacy of Islam kit abaca bahwa bukunya tentang optika diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan banyak mempengaruhi Roger Bacon. Al-Kindi meninggal pada tahun 973 M.
Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah :
a.      Aliran Pytagoras tentang matematika sebagai jalan kea rah flsafat.
b.      Pemikiran-pemikiran Aristoles dalam soal-soal fisika dan metafisika. Meskipun Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qodim-nya alam.
c.      Pemikiran-pemikiran Plato dalam hal-hal kejiwaan.
d.      Pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam soal estetika.
e.      Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat-Nya.
f.        Aliran Mu’tazialah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam menakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Beberapa hasil tulisan yang dibuat oleh Al Kindi, yakni sebagai berikut:
a.      Bidang Filsafat
1)      Fi al-falsafat al-‘Ula.
2)      Kitab al-Hassi’ala Ta’allum al-Falsafat,
3)      Risalat ila al-Ma’mun fi al-illat wa Ma’lul,
4)      Risalat fi Ta’lif al-A’dad,
5)      Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-Mu’tashah wa ma Fauqa al-Thabi’iyyat,
6)      Kammiyat Kutub Aristoteles,
7)      Fi al-Nafs
b.      Bidang Astronomi
1)      Risalah fi Masa’il Su’ila anha min Ahwal al-Kawatib (jawaban dari pertanyaan tentang planet),
2)      Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyah fi Kayfiyyat Nujumiah (pemecahan soal-soal fisik tentang sifat-sifat perbintangan),
3)      Risalah fi anna Ru’yat al Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqoh wa innama al-Qowl fiha bi at-Taqrib (bahwa pengamatan astronomi bulan baru tidak dapat ditentukan dengan ketetapan,
4)      Risalah fi Mathrah asy-Syu’a (tentang projeksi sinar),
5)      Risalah fi Fashlayn (tentang dua musim yakni; musim panas dan musim dingin),
6)      Risalah fi Idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib (tentang penjelasan sebab gerak kebelakang planet-planet),
7)      Fi asy-Syu’at (tentang sinar bintang).
c.      Meteorologi
1)      Risalah fi ’illat Kawnu adh-Dhabasb (tentang sebab asal mula kabut),
2)      Risalah fi Atshar alladzi Yazhharu fi al-laww Yusamma Kawkaban (tentang tanda yang tampak di langit dan disebut sebuah planet),
3)      Risalah fi ’illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah (tentang sebab perbedaan dalam tahun-tahun),
4)      Risalah fi al-Bard al-Musamma ”Bard al-Ajuz” (tentang dingin),
d.      Ramalan
1)      Risalah fi Taqdimat al-Khabar (tentang Prediksi),
2)      Risalah fi Taqdimat al-Ma’rifat fi al-Ahdats (tentang ramalan dengan mengamati gejala meteorolgi).
e.      Ilmu Pengobatan
1)      Risalah fi’illat Naftcad-Damm (tentang hemoptesis yakni; batuk darah dari saluran pernapasan),
2)      Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib (tentang rabies).
f.        Ilmu Hitung
1)      Risalah fi al-Kammiyat al-Mudhafah (tentang jumlah relatif),
2)      Risalah fi at-Tajhid min Jihat al-’Adad (tentang keesaan dari segi angka-angka).
g.      Logika
1)      Risalatun fi Madhkal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi (tentang sebuah pengantar lengkap logika),
2)      Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris (sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry).
Karya-karya yang disebutkan di atas merupakan sebagian terkecil dari sekian banyak karya Al-Kindi. Karya Al-Kindi di susun oleh Ibnu An-Nadim yang menyebutkan tidak kurang dari 242 buah karya Al-Kindi, sedangkan sumber lain menyebutkan 265 buah, dan membaginya menurut pokok persoalannya menjadi filsafat, logika, ilmu hitung, sferika, ilmu kedokteran, astrologi, polemik, psikologi, politik, meteorologi, dan ramalan.

3.     Pokok Pemikirannya
Dari dasar pemikiran al-kindi akhirnya timbullah pemikiran Filsafatnya antara lain :
1.       Filsafat Ketuhanan
Selain seorang filosof, Al-kindi adalah seorang ahli ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan menjadi dua, yaitu :
1)      Pengetahuan Ilahi (Divine Science) sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an yaitu Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini adalah keyakinan.
2)      Pengetahuan Manusiawi (Human Science), atau falsafat. Dasarnya adalah pemikiran (ratio-reason).
Filsafat baginya ialah pengetahuan tentang yang benar (knowledfe of truth).Di sinilah terlihat persamaan filsafat dengan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar dan apa yang baik, begitu pula tujuan tujuan filsafat. Disamping wahyu, agama menggunakan akal, dan filsafat juga menggunakan akal.Yang benar pertama (the fisrt truth) bagi Al-kindi ialah Tuhan.Dengan demikian, pada dasarnya filsafat membahas soal Tuhan dan agama.Dan filsafat yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan. Sebagaimana yang dikatakan Al-Kindi :
Filsafat yang tekemuka dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu tentang yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar
Tuhan dalam filsafat Al-kindi tidak mempunyai hakikat dalam arti aniahatau mahiah. Tidak aniah karena Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah Pencipta alam. Ia tidak tersusun materi dan bentuk. Juga Tuhan tidak mempunyai hakikat dalam bentuk mahiah, karena Tuhan tidak merupakan genus atau species.Tuhan hanya satu, dan tidak serupa dengan Tuhan.Tuhan itu unik.Ia adalah Yang Benar Pertama dan Yang Benar Tunggal. Ia semata-mata satu, hanya ialah yang satu, selain Tuhan semuanya mengandung arti banyak.
Sesuai dengan paham yang ada dalam islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah Pencipta dan bukan penggerak pertama seperti pendapat Aristoteles. Alam bagi Al-Kindi bukan kekal di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan. Karena itu dalam hal ini ia lebih dekat pada filsafat Platonius yang mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari ala mini dan sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah emanasi dari Yang Maha Satu.Namun paham emanasi ini kurang kentara dalam filsafat Al-Kindi, sehingga kemudian Al-Farabi-lah yang menuliskan tentang paham tersebut dengan jelas.
2.       Filsafat Alam
Mengenai alam, al-Kindi berbeda pendapat juga dengan para filosof seperti Aristoteles Plato, dan lainnya yang sebelum dia dengan mengatakan ”alam ini kekal”, sedangkan al-Kindi mengatakan ”alam ini tak kekal”. Dalam hal ini ia memberikan pemecahan yang radikal, dengan membahas gagasan tentang ketakterhinggaan secara matematik. Dengan ketentuan ini, setiap benda yang terdiri atas materi dan bentuk yang tak terbatas ruang dan bergerak di dalam waktu, adalah terbatas, meskipun benda tersebut adalah wujud dunia. Karena terbatas, ia tak kekal.Hanya Allah-lah yang kekal. 
Al-Kindi juga mengatakan alam bukan kekal di zaman lampau (qadim) tetapi mempunyai permulaan. Karena itu ia lebih dekat dalam hal ini pada falsafat Plotinus yang mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari alam ini dan sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah emanasi dari Yang Maha Satu.Tetapi paham emanasi ini kelihatannya tidak jelas dalam falsafat al-Kindi.Al-Farabiyah yang dengan jelas menulis tentang hal itu.
Menurut al-kindi alam ini termasuk makhluk yang sifatnya baharu, sebagai bukti dari baharunya alam ia mengemukakan beberapa argumen, antara lain: pertama, semua benda yang homogen, yang tiada padanya lebih besar ketimbang yang lain, adalah sama besar. Kedua, jarak antara ujung-ujung dari benda-benda yang sama besar, juga sama besarnya dalam aktualitas dan potensialitas. Ketiga, benda-benda yang mempunyai batas tidak bisa tidak mempunyai batas. Keempat, jika salah satu dari dua benda yang sama besarnya dan homogen ditambah dengan homogen lainnya, maka keduanya menjadi tidak sama besar. Kelima, jika sebuah benda dikurangi, maka besar sisanya lebih kecil daripada benda semula. Keenam, jika satu bagian diambil dari sebuah benda, lalu dipulihkan kembali kepadanya, maka hasilnya adalah benda yang sama seperti semula. Ketujuh, tiada dari dua benda homogen yang besarnya tidak mempunyai batas. Kedelapan, jika benda-benda yang homogen yang semuanya mempunyai batas ditambahkan ber sama, maka jumlahnya juga akan terbatas.
Kesimpulan dari ungkapan al-Kindi atas ungkapannya di atas adalah alam semesta ini pastilah terbatas, oleh sebab itu ia menolak pandangan Aristoteles yang mengatakan bahwa alam semesta tidak terbatas atau qadim. Mengenai keteraturan alam dan perdaran alam ini sebagai bukti adanya Tuhan, sedangkan alam adalah buatan Tuhan.
3.       Filsafat Jiwa
Menurut Al-kindi roh tidak tersusun tetapi mempunyai arti penting, sempurna dan mulia.Subtansinya berasal dari subtansi Tuhan. Hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari.
Jiwa mempunyai 3 daya, yaitu daya bernafsu, daya pemarah dan daya berfikir.Daya berpikir itu yang disebut akal. Menurut Al-Kindi ada tiga macam akal : akal yang bersifat potensil, akal yang telah keluar dari sifat potensil menjadi aktuil. Dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari aktualitas disebut Yang Kedua.
Akal yang potensil tidak bisa mempunyai sifat aktuil jika tidak ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu, bagi Al-Kindi ada lagi satu macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan bernama akal yang selamanya  dalam aktualitas. Akal ini, karena selamanya dalam aktualitas, ialah yang membuat akal yang bersifat potensil dalam roh manusia menjadi aktuil. Sifat-sifat akal ini :
1)      Ia merupakan Akal Pertama
2)      Ia selamanya dalam aktualitas
3)      Ia merupakan species dan genus
4)      Ia membuat akal potensil menjadi aktuil berpikir
5)      Ia tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari padanya
Akal pertama ini bagi Al-Kindi, mengandung arti banyak, karena dia adalah universal.Dalam limpahan dari Yang Maha Satu, akal inilah yang pertama-tama merupakan yang banyak.
Dalam al-Qur’an telah menginformasikan bahwa manusia tidak akan mengetahui akan hakikat roh, roh adalah urusan Allah bukan urusan manusia. Allah menyatakan akan hakikat roh dalam Q.S. Al-Isra’ 17 : 85.

وَيَسْأَلُونَكَعَنِالرُّوحِقُلِالرُّوحُمِنْأَمْرِرَبِّيوَمَاأُوتِيتُمْمِنَالْعِلْمِإِلاقَلِيلا

”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".



4.     Hubungan Agama dan Filsafat Menurut Al-Kindi
Masalah hubungan agama dengan falsafah merupakan suatu masalah yang di perdebatkan dalam zaman al-Kindi. Ahli-ahli agama pada umumnya menolak keabsahan ilmu falsafah karena diantara produk pemikiran falsafi jelas menunjukkan pertentangan dengan ajaran Al-Qur’an. Sebagai seorang filsuf Islam al-Kindi telah mengangkat dirinya sebagai pembela ilmu falsafah terhadap serangan yang datang dari berbagai pihak yang tidak setuju. Baginya, agama dan falsafah tidaklah harus dipertentangkan karena keduanya membawa kebenaran yang serupa.
Selanjutnya ia menegaskan bahwa ilmu ketuhanan dan cabang-cabang ilmu falsafah yang lain adalah sesuai dengan yang dibawa Nabi dan Rasul. Mereka semua membawa ajaran tentang ketuhanan, akhlak mulia, serta menjauhkan diri dari sifat dan perbuatan tercela. Dengan demikian, agama dan filsafat mengandung ilmu dan kebenaran yang serupa. Tidak mungkin kedua ilmu yang sejenis ini saling bertentangan dalam kebenaran.
Sekiranya memang ada perbedaan ilmu falsafah dengan agama, maka itu tidak terletak pada isi kandungannya, tapi pada cara, sumber, dan ciri yang khas. Ajaran Agama yang dibawa Nabi dan Rosul tidak berasal dari dirinya sendiri, tapi berasal dari Allah. Selain itu, ilmu para Nabi itu ringkas, jelas serta mudah untuk dimengerti, lagi memenuhi segala keperluan hidup manusia. Sedangkan ilmu falsafah dan berbagai ilmu manusia lainnya hanya merupakan produk usaha keras manusia dalam membahas dan meneliti dalam waktu yang lama, dan dengan menggunakan metode ilmiah dan falsafi. Selain itu, Argumen-argumen yang dibawa Al-Qur’an lebih meyakinkan daripada argumen-argumen yang ditimbulkan filsafat. Tetapi filsafat dan Al-Qur’an tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa filsafat. Ringkasnya, mempelajari filsafat dan berfalsafat tidak dilarang, karena teologi adalah bagian dari filsafat, dan umat Islam diwajibkan belajar teologi.





BAB III
PENUTUP
1.     Kesimpulan
Al-Kindi merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan umat Islam, meskipun lahir di zaman kejayaan Mu’tazilah, dimana pada zaman itu banyak ulama-ulama Islam yang mengharamkan filsafat, dan menfatwakan filsafat sebagai ilmu kafir dan apabila dipelajari oleh umat Islam dapat menimbulkan kesesatan. Namun ditengah arus mu’tazilah, Al-Kindi tetap berpikiran terbuka dan terus mempelajari dan mencari titik temu antara filsafat dan Islam akhirnya mampu menemukan titik temu atau jalan tengah antara ilmu filsafat dan Islam, tanpa mengesampingkan nilai-nilai Islam itu sendiri.
Dalam merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan filsafat , pemikiran Al-Kindi dipengaruhi oleh filsuf-filsuf Yunani kuno, yaitu Aristoteles, Plato dan Pitagoras. Terlihat dalam paparan berikut Al-Kindi sepakat dengan salah satu paham Aristoteles, kemudian paham ini ia modifikasi dan sesuaikan dengan ajaran Islam yaitu pendapat tentang “Penggerak yang Tak Tergerakkan (Unmovable mover)” yang kemudian oleh Al-Kindi disebut sebagai “Sang Pencipta. Kemudian Al-Kindi sepakat dengan pendapat Plato mengenai inti falsafah adalah mencintai, mengatur dan mengagungkan kekuatan akal dan hati. Jika hal ini terjadi, maka seseorang akan dapat menangkap dan menerima pengetahuan yang dengan pengetahuan itu seseorang akan dapat menjalankan tugasnya. Pengetahuan itu adalah ilmu hisab (aritmatik), handasah (geometri), falak (astronomi) dan ilmu Jadal (berdebat). Pitagoras menyatakan bahwa matematika dapat mengantarkan seseorang ke dalam ilmu falsafah dan untuk pembuatan obat-obatan (aqoqir thibbiyah).
Dari sekian banyak pemikiran Al-Kindi, yang paling berpengaruh adalah pemikiran tentang penyelarasan ilmu filsafat dengan Islam yang tertuang dalam poin-poin sebagai berikut : (1) ilmu agama merupakan bagian dari falsafah; (2) wahyu yang diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat sebenarnya saling bersesuaian; dan (3) menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan oleh agama Islam. Pemikiran inilah yang menandai dimulainya persesuaian dan penyelarasan antara ilmu filsafat dan Islam.
2.     Saran
Dengan keterbatasan pengetahuan, kami memohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekungan, baik dalam segi penulisan maupun isinya. Namun kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman dan terlebih dalam menyelesaikan tugas kelompok ini.








DAFTAR PUSTAKA

Drs. Poerwantana dkk, Seluk-Beluk Filsafat Islam, 1987, hlm 103-104
Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, 1973, hlm 14
Drs. Poerwantana dkk, Seluk-Beluk Filsafat Islam, 1987, hlm 129
Al-Ahwaniy, Fu’ad,  al-Falsafat al-Islamiyyat, Kairo: Dar al-Qalam, 1962
Asy-Syarafa, Ismail, Ensiklopedi Filsafat, Cet.I, Jakarta: KHALIFA, 2005
Atiyeh, George N. Al Kindi Tokoh Filsafat Muslim, Terj. Kasidjo Djojo suwarno, Bandung: Salman, 1983
Fakhri, Majid,  Sejarah Filsafat Islam, Terj. Mulyadi Kartanegara, Jakarta: Pustaka Jaya, 1986
Farukh, Umar,  Tarikh Al-Fikr Al-Arabi, Beirut: Dar al-Fikr, 1962
Luthfi Jum’ah, Muhammad,  Tarikh Falasifah Al-Islam, Mesir, t.tp,1927
Mustofa, A.  Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2004
Nasution, Harun,  Filsafat dan Mitisisme dalam Islam, Cet. Ke IX, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Ridah, Abu, Rasa’il al-Kindi Al-Falsafiyah, Kairo: t.t, 1950
Salam, Abdus, Sains dan Dunia Islam, Terj. Ahmad Baiquni, Bandung: Salman ITP, 1983
Syahrastaniy, Al, al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dar al-Fikr, t.t
Syarif, M.M. dkk (edt), History of Muslim Philosophy, vol. I, Wisbaden: Otto Horossowitz, 1963
Zar, Sirajuddin,  Filsafat Islam filosof dan filsafatnya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Opcit, Ahmad Daudy, Hal. 13-15
Opcit, Harun Nasution, Hal. 15
http://khairima.blogspot.com/2012/03/hubungan-filsafat-dan-agama-dalam.html




dipresentasikan oleh puput dan yayah :)