Popular Posts

Sunday, February 23, 2014

Sejarah Peradaban Islam di Indonesia


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha seperti yang pernah kita pelajari pada materi sebelumnya. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam Indonesia. Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia.

B.    Rumusan Masalah

1.      Bagaimana Peradaban Indonesia pada masa sebelum dan sesudah Kemerdekaan?
2.      Bagaimana Perkembangan Islam di Indonesia?
3.      Bagaimana Perkembangan Islam masa Modern di Indonesia?
4.      Bagaimana perkembangan seni budaya Islam di Indonesia?

C.   Tujuan Mempelajarinya

1.      Mengetahui bagaimana cara berkembangnya islam di Indonesia
2.      Mengetahui sejarah peradaban Indonesia
3.      Agar mengetahui seni budaya di Indonesia












BAB II
PEMBAHASAN

A.   Peradaban di Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan
a.     Sebelum Kemerdekaan

Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau abad ke tujuh sampai abad ke delapanmasehi. Ini mungkin didasarkan kepada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun dileran dekat Surabaya bertahun 475 H atau 1082 M. Sedang menurut laporan seorang musafir Maroko Ibnu Batutah yang mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya ke negeri Cina pada tahun 1345 M. Agama islam yang bermahzab Syafi’I telah mantap disana selama se abad, oleh karena itu berdasarkan bukti ini abad ke XIII di anggap sebagai awal masuknya agama islam ke Indonesia.
Daerah yang pertama-pertama dikunjungi ialah :
1.      Pesisir Utara pulau Sumatera, yaitu di peureulak Aceh Timur, kemudian meluas sampai bisa mendirikan kerajaan islam pertama di Samudera Pasai, Aceh Utara.
2.      Pesisir Utara pulau Jawa kemudian meluas ke Maluku yang selama beberapa abad menjadi pusat kerajaan Hindu yaitu kerajaan Maja Pahit.
Pada permulaan abad ke XVII dengan masuk islamnya penguasa kerajaan Mataram, yaitu: Sultan Agung maka kemenangan agama islam hampir meliputi sebagai besar wilayah Indonesia.
Sejak pertengahan abad ke XIX, agama islam di Indonesiasecara bertahap mulai meninggalkan sifat-sifatnya yang Singkretik(mistik). Setelah banyak orang Indonesia yang mengadakan hubungan dengan Mekkah dengan cara menunaikan ibadah haji, dan sebagiannya ada yang bermukim bertahun-tahun lamanya.
Ada tiga tahapan “masa” yang dilalui atau pergerakan sebelum kemerdekaan, yakni :
1. Pada Masa Kesultanan
2. Pada Masa Penjajahan
3. Pada Masa Kemerdekaan

b.     Sesudah Kemerdekaan

1. Pra Kemerdekaan
Ajaran islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja. Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak mungkin dihadapi dengan perlawanan fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organanisasi.
Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah, maka Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor pembentukan suatu federasi islam yang baru yang disebut Majelis Islan Ala Indonesia ( Majelis Islam Tertinggi di Indonesia ) yang disingkat MIAI, yang didirikan di Surabaya pada tahun 1937.[1]

B.    Perkembangan Islam di Indonesia
a.     Kedatangan islam di indonesia

Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar  yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal abad masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan indonesia dengan berbagai daerah daratan asia tenggara.wilayah barat nusantara dan sekitar malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang dan menjadi daerah lintasan penting antara cina dan india. Sementara itu, pala dan cenkeh yang berasal dari maluku, dipasarkan dijawa dan sumatra, untuk kemudian dijual pada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting disumatra dan jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing, seperti lamuri (Aceh) Barus dan Palembang di Sumatera, (Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa).
Pedagang-pedagang Muslim asal Arab, Persia, dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke-7M (abad I H), islam pertama kali berkmbang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh plosok Nusantara dibawa ke Cina dan India., terutama Gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu. Dengan demikian , Malaka menjadi mata rantai pelayaran yang penting. Lebih ke Barat lagi dari Gujarat, perjalanan laut melintasi Laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah Utara menuju teluk Oman, melalui selat Ormuz ke Teluk Persia. Jalan kedua melalui Teluk Aden dan Laut Merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut, kapal-kapal Arab, Persia dan India mondar mandir dari Barat ke Timur dan terus ke negri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya.
Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan tersebut sesudah abad ke-9M tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai barat India, karena barang-barang yang di perlukan sudah dapat di beli di sini. Kapal-kapal indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada Zaman Sriwijaya, pedagang-pedagang Nusantara mengunjug pelabuhan-pelabuhan Cina dan Pantai Timur Afrika.
Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama islam di indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase. (1) Singgahnya pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negri,terutama Cina, (2) Adanya   komunitas-komunitas islam dibeberapa daerah di kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping berita-berita asing juga makanan-makanan Islam, dan (3) berdirinya kerajaan-kerajaan islam.

b.     Kondisi dan situasi politik kerajaan-kerajaan di Indonesia

Cikal bakal kekuasaan islam telah dirintis pada periode abad 1-5H/7-8M, tetapi semua tenggelam dalam hegemoni maritm Sriwijaya yang erpusat di Palembang dan Majapahit di jawatimur . pada periode ini para pedagang dan mubaligh muslim membentuk komunitas-komunitas islam. Mereka memperkenalkan islam yang mengajarkan toleransi dan kesamaan derajat di antara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawamenekankan prbedaan derajat manusia. Ajaran islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat. Karena itu, islam tersebar di kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski dengan damai.
Masuknya islam ke daerah-daerah di indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika datang islam juga berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10M, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaanya ke daerah Semenanjung Malaka sampai Kedah. Hal itu erat hubunganyaa dengan usaha penguasaan selat Malakayang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional. Datangnya orang-orang muslim kedaerah itusama sekali belum memperhatikan dampak-dampak politik., karena mereka datang hanya memang untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang islam dalam bidang poitik terlihat pada abad ke-9M, ketika mereka terlibat dalam pemberotakanpetani Cina terhadap kekuasaan T’ang pada masa pemerintahan kaisar Hi-Tsung (878-889M). Akibat pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh. Sebagian lainya ke Kedah, wilayah yang masuk ke kekuasaan Sriwijaya, bahkan ada yang ke Palembang dan membuat perkampungan Muslim disini. Kerajaan-kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang muslimdi wilayah kekuasaanya.
Di kerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah dikepulauan Nusantara mengakui berada dibawah perlindunganya. Tetapi sejak Gajah Mada meninggal dunia (1364M) dan di susul Hayam Wuruk (1389M), situasi Majapahit kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasaan anara Wikramawhardana da Bhre Wirabumi  berlangsung  lebih dari sepuluh aun. Setelah Bhre Wirabumi meninggal, perebutan kekuasaan dikalangan istana kembali muncul dan berlarut-larut. Pada tahun 1468M Maja Pahit di serang Girindrawardhana dari Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit dapat di katakan sudah habis. Tome Pires (1512-1515M), dalm tulisanya suma oriental, tidak lagi menyebut-nyebut nama Majapahit. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya menyebabkan keruntuhannya.

c.     Munculnya pemukiman-pemukiman muslim di kota-kota pesisir

Seperti disebutkan di atas, menjelang abad ke-13M, pesisir aceh sudah ada pemukiman muslim. Persentuhan antara penduduk pribumi dengan pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India memang pertama kali terjadi didaerah ini. Karena itu, diprkirakan, proses islamisasi sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Dengan demikian, dapat dipahami mengapa kerajaan islam pertama di Kepulauan Nusantara ini berdiri di Aceh, yaitu kerajaan Pasai yang didirikan pada pertengahan abad ke-13M, setelah kerajaan islam ini berdiri, perkembangan masyarakat muslim di Malaka makn lama makin meluas dan pada awal abad ke-15M, di daerah ini lahir kerajaan islam kedua di asia tenggara. Kerajaan ini cepat berkembang, bahkan dapat mengambi alih dominasi pelayaran dan perdagangan dari kerajaan Samudra Pasai yang kalah bersaing. Lajunya perkembangan masyarakat Muslim ini berkaitan erat dengan keruntuhan Sriwijaya.
Setelah malaka jatuh ke tangan portugis (1511 M), mata rantai penting pelayaran beralih ke Aceh, kerajaan islam yang melanjutkan kejayaan Samudra pasai. Dari sini, proses islamisasi di kepulauan Nusantara berlangsung lebih cepat dari sebelumnya. Untuk menghindari gangguan portugis yang menguasai Malaka, untuk sementara waktu kapal-kapal pemilih berlayar menelusuri pantai Barat Sumatra. Aceh kemudian berusaha melebarkan kekuasaanya ke Selatan sampai ke Pariaman dan Tiku. Dari pantai Sumatra, kapal-kapal memasuki selat Sunda menuju pelabuhan-pelabuhan di pantai Utara Jawa.
Berdasarkan berita Tome Pires (1512-1511), dalam suma oriental-nya, dapat diketahui bahwa daerah-daerah dibagian pesisir Sumatra Utara dan Timur selat Malakayaitu dari Aceh sampai Palembang sudah banyak terdapat masyarakat dan kerajaan-kerajaan islam. Akan tetapi,  menurut berita itu, daerah-darah yang belum islam juga masih banyak, yaitu palembang dan daerah-daerah pedalaman. Proses islamisasi ke daerah-daerah pedalaman aceh, Sumatra Barat, terutama terjadi sejak aceh mlakukan ekspansi politiknya pada abad ke-16 dan ke-17M.
Sementara itu, di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung, sejak abad ke-11M, meskipun belum meluas; terbukti dengan di temukanya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berangka tahun 475H (1082M). Berita tentang islam di Jawa pada abad ke-11 dan 12M memang masih sangat langka. Akan tetapi, sejak akhir abad ke-13M dan abad-abad berikutnya, terutama ketika Majapahit mencapai puncak kebesaranya, bukti-bukti adanya proses islamisasi sudah banyak, dengan ditemukanya beberapa puluh nisan kubur di Troloyo, Trowulan dan Gresik. Bahkan, menurut berita Ma-huan tahun 1416M, di pusat Majapahit maupun dipesisir, terutama dikota-kota pelabuhan, telah terjadi proses islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat muslim.
Pertumbuhan masyarakat islam disekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan di Jawa  erat hubunganya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai,Malaka dan Aceh.
Tome Pires juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam, yaitu Demak, dan kerajaan-kerajaan di daerah pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, di samping masih ada kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu.
Melihat makam-makam muslim yang terdapat di situs-situs Majapahit, diketahui bahwa islam sudah hadir di ibu kota Majapahit sejak kerajaan itu sudah mencapai puncaknya. Meskipun demikian, lazim dianggap bahwa islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnya kerajaan Hindu-Budhis. Islam menyebar ke posisi pulau jawa melalui hubungan perdagangan, kemudian dari pesisir ini, agak belakang menyebar ke pedalaman pulau itu. Di beberapa tempat, raja-raja jawa yang kafir menjadi muslim, sementara para mullah dan para pedagang muslim mendapat posisi di sana. Yang lain mengambil jalan membangun benteng di sekitar tempat-tempat mereka tinggal dan mengambil masyarakat-masyarakat pribuminya, yang berlayar di kapal-kapal mereka. Mereka membunuh raja-raja jawa serta menjadikan  diri mereka sebagai raja. Dengan cara ini . mereka menjadikan diri mereka sebagai tuan-tuan di pesisir itu serta mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di Jawa.
Perkembangan islam di pulau jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal itu memberi peluan kepada raja-raja islam pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Di bawah bimbingan spiritual Sunan Kudus, meskipun bukan tang tertua dari wali songo, Demak akhirnya berhasil menggantikan Majapahit sebagai kraton pusat.
Pengaruh islam masuk ke Indonesia bagian timur, khususnya daerah Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang pada pusat lalulintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa dan Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14M, islam datang ke daerah Maluku. Raja ternate yang ke duabelas, Molomatea (1350-1357M) bersahabat karib dengan orang Arab yang memberinya petunjuk dalam pembuatan kapal-kapal, tetapi agaknya bukan dalam kepercayaan. Hal ini menunjukkan bahwa di Ternate sudah ada masyarakat islam sebelum rajanya masuk islam. Demikian juga di Banda, Hitu, Makyan, dan Bacan. Menurut TomePires, orang masuk islam di Maluku kira-kira tahun 1460-1465M. Hal itu sejalan dengan berita Antonio Galvao. Orang-orang islam datang ke maluku tidak menghadapi kerajaan-kerajaan yang sedang mengalami perpecahan sebagaimana halnya di Jawa. Mereka datang dan menyebarkan agama Islam melalui perdagangan, dakwah dan perkawinan.
Proses islamisasi pada taraf pertama di kerajaan Gowa di lakukan dengan cara damai, oleh Dato’ Ri Bandung dan Dato’ Sulaeman keduanya memberikan ajaran-ajaran islam kepada masyarakat dan raja. Setelah secara resmi memeluk agama islam, Gowa melancarkan perang terhadap Soppeng. Wajo, dan terakhir Bone. Kerajaan-kerajaan itupun masuk islam, Wajo, 10 Mei 1610M dan Bone, 23 November 1611 M.
Proses islamisasi tidak berhenti sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam tetapi terus berlangsung intensif dengan berbagai cara dan saluran.

d.     Saluran dan cara-cara islamisasi di Indonesia

Kedatangan islam dan penyebaran kepada golongan bangsawa dan rakyat umumnya, dilakukan secara damai. Apabila situasi politik dalam kerajaan mengalami kekacauan dan kelemahan disebabkan perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, maka islam di jadikan alat politik bagi golongan bangsawan atau pihak-pihak yang menghendakikekuasaan itu. Mereka berhubungan dengan pedagang-pedagang muslim yang posisi ekonominya kuat karena menguasai pelayaran dan perdagangan. Apabila kerajaan islam sudah berdiri, penguasanya melancarkan perang terhadap kerajaan non-islam. Hal itu bukanlah persoalan agama tetapi karena dorongan politis untuk menguasai kerajaan-kerajaan disekitarnya.
Menurut Uka Tjandrasasmita, saluran-saluran islamisasi yang berkembang ada enam yaitu:
1.      Saluran perdagangan
2.      Saluran Perkawinan
3.      Saluran Tasawuf
4.      Saluran Pendidikan
5.      Saluran Kesenian
6.      Saluran Politik[2]

C.   Perkembangan Islam pada masa Modern di Indonesia
a.     Sejarah Latar Belakang  Perkembangan Islam Masa Modern di Indonesia

Di Indonesia, terdapat pembaharu atau partai politik besar yang menentang penjajahan diantaranya:
Ø  Sarekat Islam (SI) dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto berdiri pada tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari Sarikat Dagang Islam yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911.
Ø  Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno (1927).
Ø  Pendidikan nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oelh Mohammad Hatta(1931).
Ø  Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai politik tahun 1932 yang dipelopori oleh Mukhtar Luthfi.
Munculnya gagasan nasionalisme yang diiringi oleh berdirinya partai-partai politik tersebut merupakan asset utama umat Islam dalam perjuangan untuk mewujudkan Negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik barat. Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan dari partai-partai politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang mayoritas muslim yang pertama kali berhasil memproklamirkan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus 1945. Negara kedua yang terbebas dari penjajahan yaitu Pakistan. Merdeka pada tanggal 15 agustus 1947 dengan presiden pertamanya Ali Jinnah.

b.     Gerakan Modern Islam di Indonesia

Pembaharuan dalam Islam atau gerakan modern Islam yang lahir di Timur Tengah sangat berpengaruh terhadap gerakan kebangkitan Islam di Indonesia. Pengaruh tersebut seperti munculnya berbagai organisasi dan kelembagaan modern di Indonesia pada awal abad ke- 20. Organisasi atau kelembagaan dimaksud yaitu Jamiatul Khair (1905) yang bertujuan izzul Islam wal Muslimin kejayaan Islam dan umatnya dengan gerakannya yaitu mendirikan sekolah tingkat dasar dan mengirimkan anak muda berprestasi ke Turki. Al Irsyad, yaitu bergerak dalam bidang pendidikan pendirinya adalah Syekh Ahmad Sorkati dan para pedagang. Muhammadiyah, yaitu didirikan oleh KH Ahmad Dahlan tanggal 18 november 1912 di Jogjakarta dengan tujuan Menggapai Surga dengan ridha Allah SWT dan mencapai masyarakat yang aman, damai, makmur, sejahtera dan bahagia disertai dengan nikmat Allah yang melimpah ruah dengan baldatun tayyibatun wa rabbun gafur.
Persatuan Islam didirikan oleh Ahmad Hasan dan M. Natsir di Bandung tahun 1920, kegiatan utamanya tabligh, khotbah dan penerbitan guna memurnikan syari’at Islam. SDI (Syarikat Dagang Islam) didirikan oleh Haji Saman Hudi di Solo tahun 1911. SDI diubah menjadi PSI (Partai Serikat Islam) dan tahun 1929 diubah lagi menjadi PSII (Partai Serikat Islam Indonesia), semula bergerak dalam ekonomi dan keagamaan kemudian berubah menjadi kegiatan politik. N U (Nahdhatul Ulama) yaitu didirikan oleh KH Hasyim Asy’ ari tanggal 13 januari 1926 di Surabaya dengan tujuan membangkitkan semangat juang para ulama di Indonesia. Matla’ul Anwar, pendirinya adalah KH Yasin pada tahun 1905 di Banten dengan kegiatanyya berupa sosial keagamaan dan pendidikan. Perti (Pergerakan Tarbiyah) didirikan oleh Syekh Sulaiman Ar Rasuli pada tahun 1928 di Sumatera Barat. Kegiatannya bergerak dalam bidang pendidikan, memberantas bid’ah, khurafat dan takhayul serta taklid umat Islam.

c.     Beberapa Hikmah Mempelajari Sejarah Perkembangan Islam Pada Abad Modern

1.      Sejarah dikemukakan dalam Al Qur’an sebagai kisah atau peristiwa yang dialamiumat manusia di masa lalu. Orang yang tidak mau mengambil hikmah dari sejarah mendapat kecaman karena mereka tidak mendapat pelajaran apapun dari kisah dalamAl Qur’an. Melalui sejarah, kita dapat mencari upaya antisipasi agar kekeliruan yangmengakibatkan kegagalan di masa lalu tidak terulang di masa yang akan datang.
2.      Pelajaran yang dapat diambil dari sejarah dapat menjadi pilihan ketika mengambil sikap. Bagi orang yang mengambil jalan sesuai dengan ajaran dan petunjuk-Nya,orang tersebut akan mendapat keselamatan.
3.      Pembaruan akan memberi manfaat berupa inspirasi unutk mengadakan perubahan-perubahan sehingga suatu pekerjaan akan menjadi lebih efektif dan efisien.
4.      Dalam sejarah, dikemukakan pula masalah sosial dan politik yang terdapat di kalangan bangsa-bangsa terdahulu. Semua itu agar menjadi perhatian dan menjadi pelajaran ketika menghadapi permasalahan yang mungkin akan Pengaruh Gerakan Modernisasi Islam Terhadap Perkembangan Islam di Indonesia

d.     Perjalanan Peta Politik Islam Indonesia

Islam mulai memasuki wilayah politik indonesia sejak pertama kali negara indonesia mengadakan pemilihan umum (pemilu). Dengan cara membuat suatu wadah, yaitu mendirikan partai politik. Pada waktu itu partai yang berasaskan islam yaitu ada dua pertama, Partai Masyumi dan Partai NU. Melalui wadah ini umat islam memainkan perannya sebagai seorang politikus yang ingin menanamkan nilai-nilai islam.  Dalam tesis Harun Nasution yang berjudul The Islamic State in Indonesia. The Rise of the Ideology, the Movement for its Creation and the Theory of the Masjumi,  beliau mengemukakan bahwa ada perbedaan besar antara NU dan Masyumi. Kaum modernis di dalam Masyumi pada umumnya mereka hendak membangun suatu masyarakat muslim dan sebagai akibatnya mereka mengharapkan suatu negara islam.  Kelompok yang diwakili NU lebih sering memperjuangkan suatu Negara sebagai langkah pertama dan melalui negara islam ini mereka hendak mewujudkan suatu masyarakat islam (hlm. 76-77). Suatu perbedaan lain adalah, bahwa ulama mendapat kedudukan yang penting dalam organisasi negara konsep NU, sedangkan posisi mereka tidak begitu menonjol dalam pemikiran kaum Masyumi (92). [3]

e.     Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Pendidikan islam adalah pendidikan yang teori-teorinya disusun berdasarkan al-Qur’an dan Hadits.[4] Pada awal kemerdekaan pendidikan islam dianggap sebagai musuh oleh kaum penjajah. Sebab, pendidikan islam kerap mengjarkan melawan akan kebatilan yang dilakukan oleh para penajajah. Kini pendidikan islam berkembang subur, laksana rumput ditanah yang luas tersiram air hujan. Tumbuh tiada terbendung.
Kemajuan dari poendidikan islam di indonesia dapat kita lihat dari; semakin luasnya persebaran pondok pesantren, yang merupakan basis penyebaran islam di indonesia. Sebutan pesantren hanya dipakai di pulau Jawa. Sementara di daerah lain, istilah ‘pesantren’ untuk di Aceh dikenal dengan sebutan dayah, di padang dengan istilah suarau.[5]
Disamping pesantren, lembaga formal pendidikan islam-pun, mulai banyak bermunculan di Indonesia. Dari mulai; Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Perguruan Tinggi Islam. Walupun dari segi kuantitas banyak. Akan tetapi, kalau kita melihat dari segi kualitas belum tentu sebanyak jumlahnya. Contohnya, pada pencapaian nilai UAN sekolah yang yang mencapai nilai tertinggi rata-rata dari sekolah non-islam. Disamping lembaga pendidikan berupa sekolah dan Strata-1, Program pasca sarjana pun mulai tahun 1982 dibuka di IAIN.

D.   Perkembangan Seni Budaya Islam di Indonesia
a.     Peradaban Seni Budaya di Indonesia

Seni adalah sesuatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam bentuk materiil, maupun nonmateriil,sedangkan budaya adalah salah satu hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni,yang pada hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah. Pada Q.S. As-Sajdah [32] : 7 disebutkan: “yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”.
Budaya Islam Indonesia tidak sehebat seperti Kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahal-nya. Hal inidisebabkan Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai sehingga seni Islam harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan lama, dan Nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan daripada kesenian.[6] Keseniannya sangat sederhana dan miskin. kekuatan himmah seperti mendorong Muslim di negara lain untuk menciptakan pekerjaan besar, tidak muncul di Indonesia. Kalau pun muncul, biasanya berasal dari negara luar atau peniruan yang tidak lengkap. Walaupun demikian, masuknya Islam ke Indonesia membawatamaddun (kemajuan) dan kecerdasan bagi bangsa Indonesia.[7] Islam datang ke Indonesia memberikan perubahan dalam bidang seni, misalnya, penggunaan batu nisan, seni bangunan,seni sastra, dan seni ukir.

b.     Macam-Macam Seni Budaya Islam di Indonesia
1.      Batu Nisan
Kebudayaan Islam di Indonesia mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu nisan. Di Pasai masih dijumpai batu nisan makan Sultan Malik al-Saleh yang wafat pada tahun 1292. Batunya terdiri dari pualam putih diukir dengan tulisan arab yang sangat indah berisikan ayat al-qur’an dan keterangan tentang orang yang dimakamkan serta hari dan tahun wafatnya. Makam-makam yang serupa dijumpai juga di Jawa, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Nisan itu umumnya didatangkan dari Gujarat sebagai barang pesanan. Bentuknya lunas (bentuk kapal terbalik) yang mengesankan pengaruh Persia. Bentuk-bentuk nisan kemudian hari tidak selalu sama.
2.      Arsitektur (Seni Bangunan)
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, istana. Bangunan istana arsitektur yang dibangun pada awal perkembangan Islam, juga memperlihatkan adanya unsur akulturasi dari segi arsitektur ataupun ragam hias, maupun dari seni patungnya contohnya istana Kasultanan Yogyakarta dilengkapi dengan patung penjaga Dwarapala (Hindu).
3.      Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.
Ukiran ataupun hiasan, selain ditemukan di masjid juga ditemukan pada gapura-gapura atau pada pintu dan tiang. Untuk hiasan pada gapura.
Ketika Islam baru datang ke Indonesia, terutama ke Jawa, ada kehati-hatian para penyiar agama. Banyak candi-candi besar, termasuk candi Borobudur, yang semula ditimbun tanah pada masa penjajahan Belanda dan kemudian digali kembali, supaya tidak mengganggu para mualaf. Mempuat patung dari seni ukir pun dilarang, kalaupun timbul kembali, kesenian itu harus disamarkan, sehingga seni ukir dan seni patung menjadi terbatas kepada seni ukir saja.[8]
4.      Aksara dan Seni Sastra
Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tandatanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.[9]
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari tulisan/ aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.

c.     Pengaruh Masuknya Islam terhadap Bangsa Indonesia

Jauh sebelum Islam masuk ke Indonesia, bangsa Indonesia telah memeluk agama hindu dan budha disamping kepercayaan nenek moyang mereka yang menganut animisme dan dinamisme. Setelah Islam masuk ke Indonesia, Islam berpengaruh besar baik dalam bidang politik, sosial, ekonomi,maupun di bidang kebudayaan yang antara lain seperti di bawah ini:
1.      Pengaruh Bahasa dan Nama
2.      Pengaruh Budaya, Adat Istiadat dan Seni
3.      Pengaruh dalam Bidang Politik
4.      Pengaruh di bidang ekonomi[10]

BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan












B.    Saran























DAFTAR PUSTAKA

http://satuhati-satukisah.blogspot.com/2013/05/sejarah-peradaban-islam-tentang.html
Sudirman, Pembaharuan Hukum Islam : Mempertimbangkan Harun Nasution, dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, Jakarta: LSAF, 1989,
Prof. Dr. A. Tafsir, dkk., cakrawala penididikan islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004,
Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia, Hal. 67
http://www.scribd.com/doc/86630485/Islam-Dalam-Seni-Budaya
G. F. P  ijper, Sejarah Islam di Indonesia  1900-1950, Terjemahan. Tudjimah Yessy Augusdin ( Jakarta: UI-Press, 1985)
Ismail Raji Al Faruqi, Seni Tauqid Ekpresi Estetika Islam, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1999)
http://indonesianto07.wordpress.com/2008/11/09/perkembangan-dan-akulturasi-islam-di-indonesia/ (diakses 23/04/2012)




[1] http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-peradaban-islam-di-indonesia.html
[2] http://bagusizza.blogspot.com/2013/05/sejarah-peradaban-islam.html
[3] Sudirman, Pembaharuan Hukum Islam : Mempertimbangkan Harun Nasution, dalam Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam, Jakarta: LSAF, 1989, Hal. 153
[4] Prof. Dr. A. Tafsir, dkk., cakrawala penididikan islam, Bandung: Mimbar Pustaka, 2004, Hal. 2
[5]  Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Islam Histori Dinamika Studi di Indonesia, Hal. 67
[6] http://www.scribd.com/doc/86630485/Islam-Dalam-Seni-Budaya
[7] G. F. P  ijper, Sejarah Islam di Indonesia  1900-1950, Terjemahan. Tudjimah Yessy Augusdin ( Jakarta: UI-Press, 1985) hal. 44
[8] Ismail Raji Al Faruqi, Seni Tauqid Ekpresi Estetika Islam, (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya. 1999) hal. 67
[9] http://indonesianto07.wordpress.com/2008/11/09/perkembangan-dan-akulturasi-islam-di-indonesia/ (diakses 23/04/2012)
[10] http://zona-pelajar.blogspot.com/2011/03/pengaruh-sejarah-islam-abad-pertengahan.html (diakses 23/04/2012)

Penutupnya langsung tercantum dimakalah gak di web :D
Dipresentasikan oleh Phuput Elsan dan Wulandari pd tanggal 1 maret 2014

1 comment: