BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan ini dari waktu ke waktu manusia (makhluk
hidup) mengalami suatu perkembangan, entah itu dalam fisik atau psikologisnya.
Dimana dalam kehidupan sehari-hari perkembangan fisik lebih dikenal dengan
sebutan pertumbuhan, sedangkan pada yang lainnya (non fisik) dinamakan
perkembangan psikologis.
Perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai
perubahan-perubahan tertentu yang muncul pada diri manusia (binatang) diantara
konsepsi (pembuahan) dan mati. Dimana dalam makalah ini sedikit banyak akan
dibahas mengenai teori-teori psikologi perkembangan anak tersebut. Sehingga
dengan dibahasnya teori-teori tersebut dapat membantu orangtua atau guru dalam
memahami tingkah laku dan mendidik anak-anaknya.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan msalah yang akan dibahas adalah:
1.
Pengertian
Perkembangan
2.
Teori-Teori
& Konsep Dasar Perkembangan
3.
Perkembangan
dalam Perspektif Islam
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
Agar Mahasiswa dapat memahami teori dan konsep psikologi perkembangan
serta dapat mengambil manfaat dan mengalikasikannya dalam kehidupan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan
Istilah lain yang hampir sama
dengan perkembangan dan sering kita dengar diantaranya adalah:
a. Pertumbuhan (growth)
Istilah pertumbuhan lazim digunakan dalam biologi,
sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis.Pertumbuhan dalam perkembangan
merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif dan mengarah kepada
fungsi-fungsi fisik. Pertumbuhan fisik bersifat meningkat, menetap, dan
kemudian mengalami kemunduran sejalan dengan bertambahnya usia.
b. Kematangan (maturation)
Kematangan adalah merupakan potensi individu yang dibawa
sejak lahir , timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola
perkembangan tingkah laku individu. Kematangan awalnya adalah hasil dari adanya
perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu yang
sering disebut kematangan biologis yang kemudian mempengaruhi kematangan pada
aspek psikis yang meliputi keadaan berpikir, rasa, kemauan, dan lain-lain.
c. Perubahan (change)
Perkembangan mengandung perubahan, tetapi bukan berarti
setiap perubahan bermakna perkembangan.Perubahan-perubahan dalam perkembangan
bertujuan untuk memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungannya
dimana dia berada, yang sering disebut aktualisasi diri.
Secara garis
besar, perubahan-perubahan yang terjadi dalam perkembangan dapat dibagi kedalam
empat bentuk, yaitu:
¤ Perubahan
dalam ukuran besarnya
Perubahan dalam bentuk dan ukuran ini terlihat dalam
pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental seseorang.
¤ Perubahan
dalam proporsi
Anak bukanlah
manusia dewasa dalam bentuk kecil,melainkan keseluruhan tubuhnya menunjukkan
proporsi yang berbeda dengan orang dewasa. Perubahan proporsi juga tampak dalam
perkembangan mental.Pada anak-anak imajinasinya sangat bercoarak atau diwarnai
fantastic, sangat jauh dari kenyataan. Secara berangsur, semakin bertambah
usia, unsur fantastik menjurus ke arah yang lebih realistik.
¤ Hilangnya
bentuk atau ciri-ciri lama
Hal ini terjadi pada ciri-ciri fisik dan mental.
¤ Timbulnya atau
lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru
Dengan menghilangnya bentuk ciri-ciri lama yang tidak
berguna lagi, maka timbullah ciri-ciri dan bentuk perubahan fisik dan mental
yang baru. Beberapa perubahan tersebut terjadi karena proses belajar. Tetapi
kebanyakan dari perubahan itu merupakan hasil proses kematangan yang pada saat
lahir belum sepenuhnya berkembang.
Sedangkan pengertian Perkembangan itu sendiri, ada beberapa teori perkembangan yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya:
1. Teori asosiasi
Teori ini dikemukakan oleh psikolog jerman bernama Johann
Friederische Herbart. Dia berpendapat bahwa seluruh proses perkembangan
diatur dan dikuasai oleh kekuatan dan hukum asosiasi, perkembangan terjadi
karena adanya unsur-unsur yang bersosiasi sehingga sesuatu yang semula bersifat
simpel semakin lama-semakin kompleks.
Herbart anak yang baru lahir keadaan jiwanya masih
bersih. Sejak alat indranya menangkap sesuatu yang datang dari luar, maka alat
indra itu mengirimkan gambar atau tanggapan ke dalam jiwanya. Makin banyak
tangkapan makin banyak pula tanggapan. Dalam jiwa tanggapan-tanggapan ini
saling berasosiasi, dengan kekuatan yang dapat diukur. Tanggapan yang sejenis
berasosiasi dengan tanggapan yang tidak sejenis, tolak menolak secara mekanis,
dan makin lama makin banyak, makin kompleks. Inilah perkembangan menurut teori
herbart.
2. Teori gestalt
Teori ini dikembangkan oleh Wilhelm Wundt berendapat
bahwa perkembangan bukan berlangsung dari sesuatu yang simpel ke suatu yang
kompleks, melainkan berlangsung dari sesuatu yang bersifat global (menyeluruh
tapi samar-samar) ke makin lama makin dalam keadaan jelas, nampak bagian-bagian
dari keseluruhan itu. Jadi dari keadaan gestalt ke struktur. Contohnya sepeda
adalah suatu gestalt dari bagian-bagian, yang masing-masing merupakan kesatuan:
stang, roda, rantai, gir, ban, jok, dll. Teori ini menunjukkan bahwa
perkembangan bukan proses-proses asosiasi melainkan proses differensiasi.
3. Teori sosialisasi
Penggagas teori ini adalah Mark Baldwin ia
berpendapat bahwa perkembangan itu adalah proses sosialisasi dari sifat
individualis. Teori baldwin ini terkenal dengan “circular reaction” yaitu bahwa
perkembangan sebagai proses sosialisasi, adalah dalam bentuk imitasi yang
berlangsung dengan adaptasi dan seleksi. Adaptasi dan seleksi berlangsung atas
dasar hukum efek (law of effect). Tingkah laku pribadi seseorang adalah hasil
dari peniruan (imitasi).
Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri sedang
adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain. oleh efeknya sendiri tingkah laku
dipertahankan, selanjutnya dapat ditingkatkan faedah dan prestasinya. Dalam hal
ini terkandung daya kreasi, sehingga manusia mampu menggunakan hasil peniruan
itu sesuai dengan kebutuhan sendiri.
4. Teori freudism
Teori ini dikemukakan oleh Sigmund Freud, dalam
mengemukakan teorinya ia menggunakan contoh: “pada masa bayi manusia belum
bermoral, kemudian memiliki moral secara heterogen, dan akhirnya memiliki moral
dengan norma yang ditetapkan sendiri secara otonom”. Proses pemilikan moral
dari heterogen ke moral otonom disebut internalisasi. Sebab norma moral
tersebut ditentukan sendiri oleh manusia dengan menggunakan faktor internalnya.
Proses internalisasi ini berlangsung dengan identifikasi. Oleh karena proses
ini menggunakan masyarakat sebagai faktor utama, maka teori ini dapat
dimaksudkan sebagai teori sosialisasi.
Dari beberapa definisi perkembangan diatas, dapat
disimpulkan bahwa “Perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan
yang semakin membesar, melainkan didalamnya terkandung serangkaian perubahan
yang berjalan terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan
rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap kematangan melalui pertumbuhan,
pematangan, dan belajar.”
Perkembangan manusia dimulai sejak masa konsepsi sampai
meninggal dunia, individu tidak pernah statis, melainkan senantiasa mengalami
perubahan-perubahan yang bersifat progresif dan berkesinambungan.
B. Teori-Teori & Konsep Dasar Perkembangan
Kumpulan fakta
yang diikat oleh suatu hukum tertentu akan menjadi pendangan yang berlaku umum
kemudian disebut sebagai teori. Suatu teori harus memenuhi syarat-syarat formal
(Miller,1989) yaitu:
1. Teori harus masuk akal
(logis);didalamnya konsisten artinya tidak ada pernyataan-
pernyataan yang saling bertentangan.
2. Teori secara empiris harus masuk akal;
artinya tidak ada pengamatan ilmiah yang saling berlawanan.
3. Teori harus dapat diuji dan bersifat
hemat; artinya sedapat mungkin terdiri dari beberapa konstruk, proposisi.
4. Teori harus mempunyai cakupan ilmu
yang cukup luas dan mampu mengintregasikan peneliti terdahulu.
Sebagai salah satu
bidang dari psikologi dan sebagai ilmu psikologi perkembangan memiliki teori-teori
yang ada sampai sekarang dan dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk
memahami perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan perubahan waktu/zaman. Teori-teori
psikologi perkembangan yang
dapat membantu memahami perkembangan manusia, khususnya tingkah laku manusia
yaitu:
Adalah suatu
pandangan tentang kemanusiaan yang mengutamakan kekuatan ketidak sadaran yang
dapat mendorong tingkah laku manusia.Psikoanalisis adalah metode penyembuhan
yang diperkenalkan Sigmund Freud supaya pasien mempunyai pengertian yang
mendalam mengenai konflik-konflik yang tidak disadari yang bersumber dari masa
kecil yang mempengaruhi tingkah laku dan emosi saat ini.
Sigmund Freud bersama dengan Josefh Breuer melakukan
praktik mengobati penderita histeria. Dari praktik tersebut ia menemukan metode
pengobatan yang disebut psikoanalisis. Dalam mengkaji tingklah laku manusia
pendakatan-pendekatan yang digunakan adalah :
a) Pendekatan Dinamik
Dalam teorinya Sigmund Freud menggunakan hokum/prinsip
alam diantaranya yaitu :
1) Hukum konservasi energi
2) Prinsip kesenangan
3) Prinsip realitas
b) Pendekatan Struktural
Pendekatan ini
digunakan untuk mengkaji tentang struktur psikologi yang mengalirkan
dorongan-dorongan psikis yang ada (struktur berfungsi sebagai mediator) antara
dorongan dan tingkah laku. Menurut
Sigmund Freud ada tiga struktur utama yaitu: Id, Ego,dan Superego
1) Id, Merupakan dorongandan motif yang
tidak disadari (telah ada sejak lahir)dan bertindak atas dasar prinsip
kesenangan, berusaha untuk dipuaskan secara langsung dan sesegera mungkin.
2) Ego, Merupakan mekanisme untuk
beradaptasi terhadap realitas. Ergo biasanya menunda dorongan psikis yang
berasal dari Id sampai ada jalan yang dapat diterima oleh realitas.Ego juga
bertindak sebagai mediator antara Id dan Super Ego.
3) Super Ego dapat dianalogikan dengan
hati nurani, disamping itu Super Ego mempunyai nilai-nilai yang disampaikan
orang tua maupun masyarakat lainnya.
c) Mekanisme Pertahanan Diri
Bahaya yang dating
dari Id dan lingklungan dapat menimbulkan kecemasan, oleh karena itu sedapat
mungkin ego dapat mengatasi secara realistis dengan menggunakan kemampuan dan
keteramp[ilan pemecahan masalah yang dimiliki. Apabila bahaya itu berlebihan
dan mengancam ego, maka dipergunakan mekanisme pertahanan diri.
Mekanisme pertahanan diri yang lazim digunakan adalah:
1) Regresi
2) Proyeksi
3) Reaksi formasi
4) Represi
5) Sublimasi
6) Fiksasi
d) Pendekatan Topografi
Menurut Sigmund Freud dalam fikiran manusia terdapat tiga
kawasan yaitu; kawasan ketidak sadaran, kawasan pra kesadaran, kawasan
kesadaran.
Ketidaksadaran adalah suatu kawasan yang luas tetapi
tidak diketahui, sedangkan pra kesadaran adalah kawasan yang dikenal.
e) Pendekatan Bertahap
Freud berpendapat bahwa dalam perkembangan manusia
terdapat dua hal pokok yaitu:
1) Bahwa tahun-tahun awal kehidupan
memegang peranan penting bagi pembentukan kepribadian.
2) Bahwa
perkembangan manusia meliputi tahap-tahap psikoseksual:
- Tahap oral ( sejak lahir hingga 1tahun
)
- Tahap anal ( usia 1-3 tahun )
- Tahap phalik ( usia 3-5 tahun)
- Tahap laten ( usia 5 – awal pubertas)
- Tahap genital ( masa remaja)
a. Perkembangan Psikososial
Seperti halnya
Freud, E. Erikson mengatakan bahwa perkembangan manusia terdiri dari beberapa
tahap. Setiap anak harus mampu mengatasi krisis atau konflik yang terjadi pada
setioap tahap agar siap menghadapi berbagai krisis yang akan dijumpai dalam
kehidupan mendatang.Dalam pandangannya Erikson mengemukakan bahwa :
1) Anak
adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif, yang selalu berupaya
untuk mengontrol lingkungannya, dan anak bukanlah makhluk yang pasuf yang mau
begitu saja dibentuk oleh kedua orang tuanya.
2) Ego
berfungsi utuk memahamki realitas dunia sosial agar indivbidu yang bersangkutan
mampu menyesuaikan diri dan dapat menampilkan suatu pola perkembangan pribadi
yang normal.
3) Secara
mendasar manusia adalah mskhluk yang nrasional, pikiran, perasaan dan
tindakannya sebagian besar dikomtrol oleh ego.
Ketiga pandangan
tadi yang membedakannya dengan Freud tantang manusia. Selanjutnya Erikson
mengatakan lebih baik memperhatiokan perkembangan psikososial sepanjang rentang
kehidupan dari pada perkembangan psikoseksual yang dasarnya biologis dan
hanya sampai masa remaja. Disamping itu juga Erikson menyatakan bahwa
perkembangan emosi jauh lebih penting bagi kehidupan seseorang dari pada
perkembangan seksual.
Seluruh rentang kehiduapn manusia terdiri atas dleapan
tahap, dan selam hidupnya manusia akan menghadapi delapan macam krisis/konflik.
Pada umumnya setiap krisis lebih bersifat ‘sosial’ dan mem punyai imlikasi yang
sangat nyata terhadap masa depan individu yang bersangkutan. Kedelapan tahap tersebut
sebagai berikut :
1). Tahap 1 : Basic
Trust Versus Mistrust ( + sejak lahir sampai 1 tahun)
2). Tahap 2 :
Autonomy Versus Shame doubt ( + pada usia 2 tahun sampai 3tahun).
3). Tahap 3 :
Initiative Versus Guilt ( + pada usia 4 tahun sampai 5 tahun)
4). Tahap 4 :
Industry Versus Inferiority ( + pada usia 6 tahun sampai pubertas)
5). Tahap 5 :
Identity and Repudiation Versus Identity Diffusion (masa remaja)
6). Tahap 6 : Intimacy and
Solidarity Versus Isolation (masa muda)
7). Tahap 7 :
Generativity Versus Stagnation and Self Absorption (masa dewasa)
8). Tahap 8 :
Integrity Versus Despair (masa tua)
c. Prinsip Epigenetik
Yaitu suatu prinsip yang didasarkan pada pandangan bahwa
sesuatu yang tumbuh itu mempunyai rancangan dasar, dan dari rancangan dasar
itulah bagian-bagiannya akan bermunculan, di mana setiap bagian mempunyai
pengaruh tersendiri, jika seluruh bagian itu telah dimunculkan maka akan
terbentuklah suatu kesatuan yang berfungsi.
Sebagai manusia
anak tidak dikendalikan insting maupun di “cetak” oleh pengaruh
lingkungan.Tetapi anak adalah seorang pengkonstruk (contructivist).Yaitu
seorang penjelajah yang aktif, selalu ingin tahu, selalu menjawab tantangan
lingkungan sesuai intepretasi (penafsirannya) tentang cirri-ciri esensi yang
ditampilkan lingkungan.
Konstruksi anak tentang realitas (intepretasinya tentang lingkungan)
tergantung pada tingkat perkembangan kognitifnya. Dengan demikian perkembangan kognitif
anak ditentukan oleh:
a. Bagaimana anak menanggapi kejadian-kejadian yang ada
dalam lingkungannya dan
b. Apa efek dari kejadian-kejadian tersebut terhadap perkembangan
anak tersebut.
Anak yang usianya berbeda
akan membuat kesalahan berbeda pula dalam menjawab tes intelegensi, selanjutnya
Piaget menyimpulkan bahwa intelegensi itu suatu atribut yang multidimensional.
a. Intelegensi menurut pandangan Piaget
1). Intelegensi adalah suatu fungsi kehidupan yang
mendasar yang membantu organisme untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
2). Satu-satunya tujuan aktivitas intelektual adalah
untuk mencapai keseimbangan
3). Lingkungan itu adalah suatu tempat yang menarik
dan penuh dengan pelbagai rangsangan baru yang tidak segera dapat dipahami anak
yang aktif dan penuh rasa ingin tahu.
4). Intelegensi adalah suatu atribut yang sangat
majemuk, yang terdiri dari tiga komponen yang saling berhubungan yaitu isi
intelegensi, struktru kognitif, dan fungsi intelektual.
b. Tingkat perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat
metode, yaitu :
1). Periode sensori motor ( + sejak lahir hingga usia 2 tahun )
2). Periode praoperasional ( + usia 2 tahun hingga 7 tahun )
3). Periode operasional konkret ( + usia 7 tahun hingga 11 tahun )
4). Periode operasional formal ( + usia 11 tahun hingga 15 tahun )
Menurut Bandura,
dalam situasi sosial individu bisa belajar lebih cepat hanya dengan mengamati
atau melihat perilaku orang lain. Dalam melakukan pengamtan terkait juga unsure
kognitifnya, yakni adanya proses di dalam diri yang mewakili obyek-obyek yang nyata
di luar apa yang diamati melalui alat inderanya. Proses tersebut kemudian
menjadi dasar bagi munculnya tingkah laku yang sesuai dengan apa yang
telah diamati (Gunarsa, 1981). Individu mengamati perilaku tertentu melalui
empat fase seperti yang dikemukakan oleh Bandura (1973), Gunarsa (1981), dan
Gage dan Berliner (1984) sebagai berikut :
a. Fase memperhatikan (attention)
Fase ini merupakan dasar dari suatu proses pengamatan.
Tidak adanya perhatian yang terpusat, sulit bagi individu untuk melakukan pengamatan
dan pembelajaran secara intensif. Berkembangnya perhatian individu terhadap
suatu obyek dalam hal ini perilaku dari modal tertentu berkaitan erat
dengan adanya ingatnya. Dalam hal ini seberapa jauh kapasitas individu untuk
mengingat berbagai stimulus yang diterimanya.Pada anak berusia sekolah
perhatian lebih bersifat “sustained attention”, sementara “selective attention”
adalah kemampuan untuk memilih salah satu dari sekian banyak stimulus yang
datang padanya. Remaja tertarik dan menaruh perhatian terhadap perilaku model
tertentu, karena model tersebut dipandangnya sebagai yang hebat, unggu,heroik,
berkuasa atau anggun berwibawa. Di
satu pihak berkembangnya perhatian pula oleh adanya kebutuhan dan minat
pribadi. Semakin erat hubungannnya antara kebutuhan dan minat dengan perhatian,
semakin kuat daya tariknya terhadap perhatian tersebut, dan demikian pula sebaliknya.
b. Fase menyimpang (retention)
Fase ini merupakan kelanjutan dari fase perhatian.
Setelah memperhatikan dengan seksama, dan mengamati perilaku dari model
tertentu maka pada saat lain individu akan memperhatikan tingkah laku yang sama
dengan model tersebut, Ini berarti individu memperhatikan, mengingat dan
menyimpan stimulus yang diterimanya dalam “long term memory” dalam bentuk
symbol-simbol. Menurut Bandura, bentuk-bentuk symbol tersebut tidak hanya
diperoleh melalui pengamatan visual, tetapi juga melalui verbalisasi. Ada
symbol-simbol verbal yang nantinya bisa ditampilkan dalam perilaku yang tampak.
Pada anak-anak yang kekayaan verbalnya masih terbatas, maka kemampuan menirunya
hanya terbatas pada kemampuan untuk melakukan simbolisasi melalui pengamatan
visual.
c. Fase mereproduksi (reproduction)
Fase ini berkaitan dengan kemampuan motorik individu
dalam mereproduksi perilakunya secara tepat.Misalnya, seorang remaja mengamati
dengan penuh perhatian bagaimana ayahnya mengendarai mobil.Semua hasil
pengamatan tersebut dicamkannya dalam “long term memory” untuk sewaktu-waktu
direproduksi ulang. Dalam hal ini dituntut keterampilan motorik tertentu dari
diri remaja untuk mempraktekkan apa yang sudah dilihat dari ayahnya.
d. Fase motivasi (motivation)
Apakah hasil pengamatannya terhadap perilaku modal
tertentu akan diwujudkan dalam perilaku nyata ?Hal ini tergantung pada ada atau
tidaknya motivasi dalam diri individu. Apabila motivasinya kuat untuk
mewujudkan perilaku tersebut dalam bentuk nyata, maka ia akan melakukannya.
Sering kali motivasi berhubungan pula dengan ada tidaknya factor penguat
terhadap perilaku tersebut, baik penguat dalam bentuk pemberian pujian ataupun
hadiah. Selain motivasi perlu pula adanya pengulangan terhadap perbuatan
tersebut,hal ini berguna untuk memperkuat ingatannya. Mengulang suatu perbuatan
untuk memperkuat perbuatan tertentu, disebut sebagai ulangan penguatan.
Penganut teori ini
pada dasarnya berpandangan bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai
dorongan yang sangat kuat untuk merealisasikan seluruh potensi yang
dimilikinya, mencapai aktualisasi diri (self actualization).Mereka juga
berpandangan holistik terhadap perkembangan manusia, yaitu manusia itu harus
dilihat sebagai lebih dari sekadar sekumpulan dorongan-dorongan,
instink-instink, atau pengalaman masa lalu.Bagi mereka setiap orang adalah
manusia seutuhnya, unik dan patut dihargai.Pandangan ini dikenal pula sebagai
eksistensialisme dan psikologi fenomenologi yaitu pandangan yang mencoba untuk
memahami perilaku dari sudut pandang perilaku itu sendiri dan bukan dari sudut
pengamat.
Dalam teori ini dikemukakan tentang hubungan antara
konsep diri dengan perilaku seseorang selalu sejalan dengan konsep dirinya.
Dua pakar dalam pendekatan ini adalah Abraham Maslow dan
Carl Rogers.
a. Abraham Maslow
Berbeda dengan psikolog yang biasanya berkutat dengan
masalah-masalah psikologis yang diderita oleh para klien, perhatian Maslow
malah lebih ditujukan kepada orang-orang yang sehat secara mental. Maslow
(1968, dalam Berger 1983 : 42) menyatakan bahwa “sifat manusia tidaklah
seburuk seperti apa yang dipikirkan selama ini, dan sebaiknya kita bertolak
dari sudut pandangan bahwa sebagian besar manusia adalah sehat”.
Maslow beranggapan bahwa manusia bukanlah hanya sekedar
salah satu jenis binatang, melainkan adalah makhluk yang lebih tinggi
derajatnya.
Manusia dapat menerima dirinya seperti apa adanya dan
menikmati hidup, termasuk pada waktu mengalami saat-saat yang membahagiakan
yang disebut Maslow sebagai pengalaman puncak yaitu apabila seseorang merasa
hidup dalam harmoni dengan Tuhan, alam, dan atau manusia lainnya.
Menurut Maslow, setiap orang dalam dirinya mempunyai
sifat dasar sendiri dan memiliki motivasi yang sangat kuat untuk
mengekspresikan sifat tersebut. Akan tetapi setiap orang pada mulanya harus
dapat meyakinkan dirinya bahwa ia mampu memenuhi tuntutan pokok kelangsungan
hidupnya, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar yang dituntut oleh semua makhluk
hidup yang dimulai dari kebutuhan dasar yang umum sifatnya seperti makanan dan
air, lalu terus meningkat sampai dengan kebutuhan yang khas manusiawi. Walaupun
Maslow tidak mengatakan bahwa hirarkinya itu satu perkembangan, namun urutan
susunannya tampak sebagai suatu perkembangan.
b. Carl Rogers
Rogers setuju dengan Maslow yang menyatakan bahwa semua
orang, bahkan juga kanak-kanak, selalu berusaha untuk mengaktualisasikan
potensi mereka atau dengan perkataan Rogers mencoba menjadi manusia yang
berfungsi penuh ( a fully functioning human being) (Rogers, 1981 dalam Berger
1983 ; 44). Rogers percaya bahwa setiap manusia mempunyai suatu ideal
self atau jati diri yang ideal, yaitu keinginan diri untuk menjadi
seseorang yang sesuai dengan harapan idealnya sendiri. Orang yang sehat selalu
berusaha sekuat tenaga untuk menjadi sedekat mungkin dengan jati diri yang
ideal tersebut. Hal ini dapat dicapai dengan dua cara. Pertama, dengan cara
meningkatkan mutu jati diri yang nyata ada (real self) dan kedua, dengan cara
memodifikasi jati diri yang ideal itu agar dapat mencakup berbagai variasi
emosi dan perilaku sehingga dapat menjadi seseorang yang lebih jujur dan
realistic.
Rogers juga percaya bahwa dalam proses menjadi seseorang
yang berfungsi penuh, diperlukan panduan dari dan oleh orang-orang yang penting
dalam hidup kita, yaitu orang-orang yang dapat digolongkan sebagai “significant
others” (orang-orang yang berarti) seperti orang tua atau teman-teman karib
kita yaitu orang-orang yang merawat kita dan mencintai, menerima dan menghargai
kita apapun yang kita perbuat (orang-orang yang bersikap positif tanpa syarat).
Teori humanistic yang penuh dengan segala kemungkinan
ini, juga menarik bagi para ahli psikologi perkembangan karena mereka
berpandangan bahwa perkembangan fisik, kognitif, dan psikososial dapat terjadi
dalam setiap tahap dari kehidupan, mulai dari kelahiran sampai akhir
kehidupan.Segi lain yang menarik, dari teori humanistic adalah sudut pandangnya
yang luas, yang memungkinkan para peneliti untuk memandang perkembangan sebagai
suatu keseluruhan, suatu perbaikan terhadap pandangan para penganut teori
perilaku (behaviorist) yang agak sempit itu. Hal lain yang menarik dari teori
humanistic ini adalah tekanannya pada potensi manusia sebagai dasar dari
perkembangan manusia, dan hasil ilmiahnya dapat diterjemahkan ke dalam
program-program praktis untuk merangsang dan meningkatkan perkembangan secara
optimal.
C.
Perkembangan
dalam Perspektif Islam
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
“Dia-lah
yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari
segumpal darah, kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian
(kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian
(dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan
sebelum itu. (Kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang
ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).”
(Q.S Al-:Mu’min :40:67)
Jauh sebelum para ahli psikologi dan pendidikan anak mengemukakan
mengenai teori-teori perkembangan, terlebih dahulu Allah telah menerangkannya
di dalam Al-Qur’an, yaitu yang terdapat dalam surat Al-mu’min ayat 40.
Sebagaimana yang tertulis di atas tersebut.
Jika
teori-teori dalam psikologi modern hanya mencakup kehidupan duniawi yang
sementara, Al Quran memproyeksikan kehidupan manusia diatas kehidupan ini. Al
Quran mengkaji kehidupan saat ini sebagai dasar kehidupan lainyang lebih
permanen dan kekal. Manusia akan mengalami transformasi kepada kehidupan yang
lain pertumbuhan dan perkembangannya yang bersifat transedental dan lebih
tinggi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian makalah diatas maka dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai garis besar dari makalah ini, yaitu bahwasannya Perkembangan
manusia dimulai sejak masa konsepsi sampai meninggal dunia, individu tidak
pernah statis, melainkan senantiasa mengalami perubahan-perubahan yang bersifat
progresif dan berkesinambungan. Seorang individu bisa dikatakan mengalami
perkembangan apabila ia telah mengalami pertumbuhan, kematangan dan perubahan
baik jasmani maupun rohani. Dengan mempelajari Psikologi perkembangan, kita
dapat memahami tingkah laku individu sesuai dengan masanya. Terdapat berbagai macam
mengenai teori perkembanga, diantaranya: Psikoanalisis, Psikososial, Kognitif,
Belajar Sosial dan Humanistik
Saran
Sebagai seorang calon guru, sudah seharusnya dapat
memahami ilmu psikologi perkembangan. Dengan memahami keadaan psikologi
perkembangan seorang murid, guru mampu mendidik dan menanggapi tingkah laku
murid dengan tepat. Sehingga guru tidak salah dalam bertindak dan tidak
menghambat langkah murid hanya karna guru tidak dapat memahami psikologi murid
tersebut. Seorang guru harus pandai-pandai dalam menanggapi murid.
DAFTAR PUSTAKA
Pustaka;http://psikologi-isma.blogspot.com/2013/01/konsep-konsep-dalam-psikologi.html
No comments:
Post a Comment