Popular Posts

Sunday, June 28, 2015

Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan - MLPAI




KULTUR ORGANISASI LEMBAGA PENDIDIKAN
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen LPAI
Semester VI (Enam)

logoUIA.jpg

Dosen Pengempu            : Drs. Abd. Khalis Razak M.Pd
Disusun Oleh                     : Neneng Puput (3120120020)

UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA TIMUR
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Kultur Organisasi Lembaga Pendidikan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Drs. Abd Khalis Razak M.Pd selaku Dosen mata kuliah Manajemen LPAI yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Organisasi Lembaga Pendidikan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.


Bekasi,    April 2015


Penyusun







DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR           …………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI  …………………………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang            …………………………………………………………………… 1
B.     Rumusan Masalah       …………………………………………………………………… 2
C.     Tujuan Penulis …………………………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kultur        ……………………………………………………………………. 3
B.     Pengertian Organisasi ……………………………………………………………………. 4
C.     Organisasi Lembaga Pendidikan        ……………………………………………………. 6
D.    Struktur Organisasi Dalam Pendidikan dan Pengajaran         ……………………………. 8
E.     Kinerja Organisasi Pendidikan           …………………………………………………... 10
F.      Iklim dan Budaya Organisasi Pendidikan      …………………………………………... 12
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan     …………………………………………………………………………... 15
B.     Saran   …………………………………………………………………………………... 15
DAFTAR PUSTAKA                        …………………………………………………………………... 16



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk multidimensional. Oleh karena itu, banyak julukan yang diberikan kepadanya, misalnya sebagai makhluk ekonomi (homo economicus), makhluk social (homo social), makhluk berfikir (homo safien), makhluk bekerja atau bermain (homo luden), makhluk yang suka bersenang-senang (homo hedonism), makhluk yang suka menggunakan lambing-lambang (homo simbolicum), makhluk yang suka menindas makhluk lainnya ( homo hominilupus), makhluk iptek, makhluk imtaq dan makhluk organisasional.[1]
Manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu, begitu ia dilahirkan ke dunia, ia menjadi anggota organisasi genitis yang disebut anggota organisasi keluarga. Bahkan, organisasi itu sudah ada sebelum kita dilahirkan karena kelahiran kita juga akibat hasil dari organisasi perkawinan. Di samping itu, begitu manusia lahir ia juga langsung menjadi anggota rukun tetangga, rukun warga, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan warga Negara Indonesia, bahkan menjadi warga dunia. [2]
Ketika usia sekolah, manusia memasuki sekolah dan ia menjadi anggota organisasi sekolah, anggota struktural kelas, pramuka, organisasi sekolah intra sekolah. Setelah lulus ia kuliah dan menjadi anggota organisasi di kampusnya. Mungkin pula ia merangkap organisasi keagamaan, militer, politik, ekonomi, atau bisnis, sosial atau masyarakat, budaya, keamanan, militer, olahraga, hobi, profesi, dan sebagainya. Akhirnya, setelah manusia meninggal ia dicatat sebagai anggota organisasi kematian oleh panitia rukun kematian di tingkat RT.
Jadi, manusia sejak dilahirkan sampai kematiannya tidak dapat dipisahkan dari organisasi. Manusia  adalah makhluk organisasionalkarena sejak lahir  manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. [3]Manusia juga makhluk yang memiliki akal dan budi. Dua unsur ini yang membedakan manusia dengan hewan, tumbuhan dan makhluk Tuhan lainnya. Akal adalah kemampuan (potensi) yang dimiliki manusia untuk mengetahui, memahami, dan menjelaskan tentang sesuatu yang ada (on being), termasuk dirinya sendiri. [4]  Hal itulah yang membuat manusia selalu ingin mengetahui, memahami dan selalu mencari tahu untuk belajar. Manusia belajar untuk diri sendiri dan untuk diajarkan ke manusia yang lainnya dengan berbagai macam cara mencari pendidikan sampai cara menyampaikannya yang diatur dalam organizing yang baik.
Dalam mengorganisasikan pendidikan ada banyak hal yang perlu di perhatikan oleh tenaga pendidik dan administratur (penata usaha, Kamus Umum Bahasa Indonesia) salah satunya adalah struktural organisasi dalam pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Kultur?
2.      Apa Pengertian Organisasi?
3.      Apa itu Organisasi dalam Lembaga Pendidikan?
4.      Bagaimana dan Apa saja yang perlu diperhatikan dalam Struktur Organisasi?

C.    Tujuan Penulis
Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen LPAI serta agar mengetahui tentang organisasi yang ada dalam Lembaga Pendidikan.













BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kultur
Kata culture kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa lain adalah Kata kebudayaan dalam  istilah inggris adalah “culture” yang berasal dari bahasa latin “colere”yang berarti mengolah, mengerjakan. Kultur juga bisa disebut  faktor penentu paling pokok dari keinginan dan perilaku seseorang. Makhluk yang lebih rendah umumnya dituntun oleh naluri. Sedangkan manusia, perilakunya biasanya dipelajari dari lingkungan sekitarnya. Sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku antara seorang yang tinggal pada daerah tertentu dapat berbeda dengan orang lain yang berbeda di lingkungan yang lain pula.
Kebudayaan (kultur) menurut  Taylor adalah totalitas yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
           Dalam hal tersebut kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.(Prof. Dr. Made Pidarta, 2000 :157)
Kebudayaan (kultur)  dapat dikelompokan menjadi tiga macam yaitu sebagai berikut:
1.      Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
2.      Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan, jawa, bali, sunda, nusa tenggara timur, dan sebagainya.
3.      Kebudayaan populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu, yang termasuk kebudayaan populer misalnya lagu-lagu populer, model film, dan model-model pakaian, dan sebagain
Dalam kebudayaan yang disebutkan termasuk kepada organisasi dalam pendidikan atau suatu sekolah, asal proposinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Yang jelas kebudayaan umum harus diajarkan pada semuah sekolah, sementara itu kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, jadi berbeda-beda ditiap daerah, sedangkan kebudayaan populer dapat juga diajarkan proposi yang kecil sebab kebudayaan itu sedang mencuat, tentu disenangi anak-anak.(Prof. Dr. Made Pidarta, 2000 :157)
Dalam tiap kelompok, keluarga, sekolah masyarakat terdapat cara-cara berpikir dan berbuat yang diterima dan diharapkan oleh setiap anggota kelompok atau masyarakat. Pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu masyarakat disebut kebudayaan.  
Kebudayaan meliputi keseluruhan pengetahuan, kepercayaan, keterampilan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan manusia, sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan yang terdiri atas buah pikiran, sikap, nilai-nilai dan kebiasaan individu-individu, dipelajari berkat hidup mereka dalam lingkungan sosial. Bagi individu yang baru lahir kebudayaan merupakan bantuan untuk melatihnyahidup efektif didunia ini. Generasi baru tidak perlu menemukan segala sesuatu dari mulanyaakan tetapi dapat belajardari orang-orang yang disekitarnya. Tiap generasi menyampaikan kebudayaan yang dipelajari dari generasi tua kepada generasi baru beserta hal-hal barudan perubahan yang terjadi. Maka karena itu kebudayaan dapat dipandang sebagai kelakuan yang terdapat pada kebanyakan atau semua dan dipelajari dari sesama anggota masyarakat.(S. Nasution, 1983: 63)[5]

B.     Pengertian Organisasi
Organisasi didefinisikan secara bervariasi oleh para ahli yang dilihat dari berbagai sudut pandang,diantaranya:
·         Menurut Mondy dan Premeaux (1995) menjelaskan:
Organisasi adalah kerjasama dua orang atau lebih dalam satu keadaan yang terkoordinir untuk mencapai hasil yang diinginkan.[6]
·         Menurut Oteng Sutisna
Organisasi merupakan mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan.Definisi ini menekankan pada mekanisme kerja dalam organisasi untuk mencapai tujuan.
·         Menurut Stepen P.Robbins
Organisasi merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar,dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi untuk mencapai suatu tujuan bersama.Definisi ini menekankan bahwa organisasi adalah suatu system sosial yang perlu dikoordinasikan ,Batasan organisasi akan berubah sebagaimana tuntutan lingkungannya sehingga dikatakan “relative”
Didalam organisasi ada sejumlah orang baik sebagai manajer maupun sebagai anggota, ada struktur, tujuan-tujuan, aturan dan prosedur, dan yang melaksanakan pekerjaan praktis adalah anggota.
Maka dengan demikian sebuah organisasi terdiri dari beberapa unsur yaitu:
a.       Ada kumpulan orang-orang
b.      Ada pembagian kerja atau spesialisasi dalam organisasi
c.       Bekerjasama dimana aktivitas-aktivitas yang terpisah dikoordinir
d.      Ada tujuan bersama yang akan dicapai melalui kerjasama yang terkoordinir
            Untuk kelangsungan fungsi organisasi ada beberapa prinsip dalam rancangan manajemennya, yaitu :
Ø  Kesatuan perintah
Ø  Rentang pengawasan
Ø  Pembagian kerja
Ø  Departementalisasi
Struktur organisasi adalah berisikan kerangka kerja organisasi.Adapun kerangka kerja organisasi adalah kompleks, sedang dan sederhana.[7][8]
Menurut E.Kast dan James E.Rosenzweig (1974),struktur diartikan sebagai pola hubungan komponen atau bagian suatu organisasi.Struktur merupakan system formal hubungan kerja yang membagi dan mengkoordinasi tugas orang dan kelompok agar tercapai tujuan.
Struktur organisasi merupakan bentuk dari organisasi secara keseluruhan yang menggambarkan kesatuan dari berbagai segmen dan fungsi organisasi yang dipengaruhi oelh kondisi lingkungan, ukuran, jenis teknologi yang digunakan, dan sasaran yang hendak dicapai. Struktur bersifat relative stabil (tidak berubah) statis dan berubah lambat atau memerlukan waktu untuk penyesuaian-penyesuaian.
Menurut Stoner (1986),struktur organisasi dibangun oleh lima unsur,yaitu:
Ø  Spesialisasi aktivitas
Ø  Standarisasi aktivitas
Ø  Koordinasi aktivitas
Ø  Sentralisasi dan disentralisasi keputusan
Ø  Ukuran unit kerja[9]

C.    Organisasi Lembaga Pendidikan
Secara bahasa lembaga adalah suatu organisasi dan pendidikan adalah usaha manusia dewasa dalam mengembangkan potensi anak yang sedang berkembang untuk menjadi manusia yang berguna. Segala kegiatan yang diarahkan dalam rangka mengembangkan potensi anak menuju kesempurnaannya secara terencana, terarah, terpadu, dan berkesinambungan adalah menjadi hakikat pendidikan. Untuk mencapai sasaran dan fungsi di maksud maka sistim persekolahan atau lembaga pendidikan menjadi salah satu wahana strategis dalam membina sumber daya manusia berkualitas.
Pendidikan Islam merupakan sub sistem dari sistem pendidikan nasional. Karena itu sebagian sub sistem, maka masing- masing lembaga pendidikan Islam yang ada berfungsi untuk mencapai tujuan lembaga yang ditetapkan. Keberadaan lembaga-lembaga pendidikan Islam baik pesantren, madrasah atau sekolah-sekolah agama dan perguruan tinggi agama Islam memiliki peranan yang besar bagi pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Peran yang dijalankan dalam rangka mencapi fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana dinyatakan bahwa : “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”[10]
Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan komplek karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara pendidikan. Tujuannya adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan , mengembangkan , memperkaya khazanah ilmu pengetahuan , teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional.[11]
Organisasi sekolah yang efektif adalah kelompok-kelompok yang informal, kebutuhan-kebutuhan individu, dan tujuan birokrasi di pemerintahan dan personel pendidikan di sekolah berperan secara bersama atau saling berfungsi satu sama lainnya. Sekolah yang efektif adalah spesifikasi prodesur pengembangan organisasi yang konsisiten secara aktual terhadap kebutuhan sekolah.
Pengajaran merupakan aktifitas yang berkaitan dengan penyebaran ilmu pengetahuan yang meliputi aktivitas perancangan, pengelolaan,  penyampaian bimbingan dan penilaian. Secara ringkas pengajaran merupakan proses untuk menyampai dan menyumbang ide-ide . pengajaran dapat diuraikan sebagai satu cara menyediakan pelajar dan pengetahuan dan kemahiran yang di perlukan untuk berfungsi dengan baik. Faktor terpenting dalam pengajaran ialah guru perlu menilai keperluan-keperluan pembelajaran yang spesifik dan mengaplikasi strategi-strategi serta aktivitas yang sesuai untuk pelajar.[12]
Di bawah ini adalah beberapa pendapat tentang konsep pengajaran :
ü  Menurut Arbak 1985,  pengajaran sebagai organisasi yang di rancang oleh guru dan menyampaikan pemahaman tentang maklumat atau pengetahuan tertentu kepada pelajarnya.
ü  Menurut Ehah  1989, menyatakan bahwa pengajaran sebagai satu sains yaitu sistem aktivi-aktivi yang di tujukankepada murid-murid yang bertujuan membawa perubahan tingkah laku di kalangan mereka.
ü  Menurut Yaxley 1991,  berpendapat bahwa pengajaran merupakan satu tindakan yang bertujuan untuk membawa perubahan dari segi kepercayaan , nilai dan makna. Ia juga melihatpengajaran sebagai aktivi intelek yang melibatkan , perasaan dan penilaian.





D.    Struktur Organisasi Dalam Pendidikan Dan Pengajaran
Dalam definisi perencanaan di katakan bahwa organisasi pendidikan ada di antara lingkungannya dan tertanam di dalamnya. Ini berarti organisasi atau lembaga pendidikan tidak dapat dan tidak di benarkan berdiri sendiri terlepas dari masyarakat lingkungannya.[13]
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu Sentralisasi dan beberapa bagian masih diselenggarakan secara Desentraisasi. Pada umumnya, struktur campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.[14]
a.       Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan maka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam administrasi apapun. Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menentukan kebijakan (poliey) dan perencanaan, penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional semata-mata. Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hierarchi atasannya. Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.
Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :
1.      Bahwa administrasi yang demikian cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis. Menyebabkab para pelaksana pendidikan, baik para pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru menjadi orang-orang yang pasif dan bekerja secara rutin dan tradisional belaka.
2.      Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku dan seret, disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah dan pusat sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran penyelesaian persoalan-persoalan kurang dapat terjamin.
3.      Karena terlalu banyak kekuasaan dan pengawasan sentral, timbul penghalang penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan uniformalitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang biasanya hanya mampu untuk sekedar hanya membawa hasil-hasil pendidikan yang sedang atau sedikit saja.
b.      Struktur Desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah. Kemudian pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan dan seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing. Tiap daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta pemeliharaan gedung sekolah. Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi  seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan social-control yang langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini disebabkab karena kepala sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.  Tentu saja, sistem desentralisasi yang ekstrim seperti ini ada kebaikan dan keburukannya.
Beberapa kebaikan yang mungkin terjadi ialah :
1.      Pendidikan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
2.      Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
3.      Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas-petugas pendidikan yang lain akan bekerja dengan baik dan bersungguh-sungguh karena dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah dan masyarakat setempat. [15]

Adapun keburukannya adalah sebagai berikut :
1.      Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program pendidikan akan berbeda-beda. Hal ini akan menimbulkan perpecahan bangsa.
2.      Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat maupun jenisnya, sehingga menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan pengetahuan atau kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih luas.
3.      Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas pendidikan lainnya cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada karyawan-karyawan yang bukan guru.
4.      Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberatkan beban mayarakat setempat.[16]

E.     Kinerja Organisasi Pendidikan
Dapat didefinisikan sebagai sebuah pencapaian hasil atau degree of accomplishtment,  hal ini berarti bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihat dari tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang di dasarkan pada tujuan yang sudah di tetapkan sebelumnya.[17]
            Kinerja pendidikan pada hakikatnya merupakan perwujudan dari cara kerja yang baik yang menyangkut kemampuan pendidik di dalam melaksanakan tugas, baik dalam melaksanakan pengendalian mutu maupun pelaksanaan evaluasi dalam program. Kinerja yang baik di pengaruhi oleh beberapa faktor utama adalah iklim organisasi yang selanjutnya mempengaruhi kinerja oraganisasi pendidikan.[18]
Menurut Notomirjo 1992, menyatakan bahwa kinerja (performance) atau prestasi kerja atas pencapaian kerja adalah suatu kemampuan yang di ukur berdasarkan pelaksanaan tugas sesuai dengan uraian tugasnya.
Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya membangun. Salah satu sektor penting dalam pembangunan adalah sektor pendidikan. Undang-undang Dasar tahun 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan usaha-usaha perbaikan dalam pencapaian pendidikan yang ada dan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar ;
Pertama, Sebagai akibat dari krisis ekonomi dunia pendidikan dituntut untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah dicapai.
Kedua, Untuk mengantisipasi era global dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing di pasar kerja global.
 Ketiga, Sejalan dengan berlakunya otonomi daerah, perlu dilakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat mewujudkan proses pendidikan yang lebih demokratis (www.depdiknas.go.id).
Dari ketiga tantangan tersebut di atas, maka kinerja guru sangatlah diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Kinerja guru merupakan faktor penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Keberhasilan pendidikan terutama ditentukan oleh mutu gurunya. Pada umumnya pekerjaan guru dibagi dua yaitu : pekerjaan yang berhubungan dengan tugas-tugas mengajar dan mendidik, serta tugas-tugas kemasyarakatan (sosial).
Faktor  yang juga mempengaruhi kepuasan kerja dan kinerja guru menurut Herlina (2005) adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan suatu karakteristik kepribadian yang penting dalam lingkungan organisasi, yang ditandai dengan adanya dorongan pada individu untuk mengungguli orang lain, berprestasi sesuai dengan seperangkat standar yang berlaku dan berjuang untuk sukses. Motivasi merupakan komoditi yang sangat diperlukan oleh semua orang termasuk guru. Motivasi berprestasi bisa terjadi jika guru mempunyai kebanggaan akan keberhasilan.
Motivasi berprestasi dalam dunia pendidikan merupakan kombinasi dari tiga faktor yaitu:
ü  faktor keberhasilan pendidikan;
ü  keberhasilan dalam melaksanakan tugas; dan
ü  pengalaman sukses/gagal dalam pelaksanaan tugas (Falahy, 2005).
Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri orang-orang untuk berprestasi dan
berusaha berprestasi dalam upaya untuk mencapai tujuan. Guru-guru akan bekerja lebih baik jika mereka sungguh-sungguh diberi motivasi.
Guru-guru yang berhasil karena adanya motivasi berprestasi akan memberikan sumbangan yang berharga kepada pendidikan.
            Prestasi dari sebuah kinerja akan di tentukan oleh kemampuan seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi, peranan pengawasan dalam peningkatan kinerja sangat penting. Seorang pemimpin harus mampu menguasai personal untuk memberikan pelayanan pembinaan.  bentuk pembinaan yang efektif hendaknya di lakukan kegiatan pengawasan secara kontinuitas.[19]

F.     Iklim Dan Budaya Organisasi Pendidikan
Iklim organisasi menurut Robbins (1994) mengemukakan bahwa suatu organisasi merupakan kesatuan sosial yang di koordinasikan secara sadar dengan suatu batasan yang relative dapat di identifikasi, relatif bekerja terus menerus untukmencapai suatu tujuan atau sekelompok tujuan. Iklilm organisasi merupakan sekumpulan total tingkatan dan kualitas faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi  anggota organisasi yang di ukur melalui persepsi.
            Iklim organisasi menurut Falahy (2005) merupakan sarana bagi guru untuk melakukan pendekatan dengan lingkungan kerjanya dengan pandangan yang positif. Iklim organisasi mempunyai kaitan dengan prestasi, motivasi, kepuasan dan kinerja guru. Jika iklim organisasi kondusif, suasana lingkungan manusia yang familiar maka akan membuat guru menjadi termotivasi karena puasnya guru terhadap organisasi. Dan sebaliknya jika iklim tidak kondusif maka mengakibatkan guru kurang bergairah dalam bekerja.
Iklim dapat mempengaruhi motivasi, prestasi dan kepuasan kerja. Para pegawai mengharapkan imbalan, kepuasan, prestasi atas dasar persepsi mereka terhadap iklim organisasi. Iklim organisasi di sekolah bisa bergerak dari yang menyenangkan ke netral, sampai dengan tidak menyenangkan.
Tetapi pada umumnya kepala sekolah, guru dan pegawai menginginkan iklim yang menyenangkan karena menyangkut keuntungan seperti prestasi yang lebih baik, kepuasan kerja dan dapat menimbulkan kinerja yang lebih baik lagi.
Menurut Steers (1980),(Iklim adalah Kepribadian organisasi yang dicerminkan oleh anggota-anggotanya )[20] terdapat sepuluh dimensi iklim pada tingkat organisasi secara keseluruhan, yaitu:
1)      Struktur tugas,
2)      Hubungan imbalan-hukum,
3)      Sentralisasi keputusan,
4)      Tekanan pada prestasi,
5)      Tekanan pada latihan dan pengembangan,
6)      Keamanan vs risiko,
7)      Keterbukaan vs ketertutupan,
8)      Status dan semangat,
9)      Pengakuan dan umpan balik,
10)  Kompetensi dan keluwesan organisasi secara umum.

Iklim yang timbul merupakan arena penetapan keputusan mengenai prestasi. Jika iklim bermanfaat bagi kebutuhan individu (misalnya: memperhatikan kepentingan pekerja dan berorientasi pada prestasi), maka kita dapat mengharapkan tingkah laku – ke arah tujuan yang tinggi (Falahy, 2005). Sebaliknya jika iklim yang timbul bertentangan dengan tujuan, kebutuhan dan motivasi pribadi, dapat diharapkan bahwa prestasi maupun kepuasan kerja akan berkurang.
Iklim organisasi mempengaruhi perilaku pendidik yang kemudian mempengaruhi kinerja organisasi pendidikan, maka ada kontribusi yang positif atau baik maka menghasilkan perilaku dan kinerja organisasi yang positif dan baik.
            Dapat dikatakan pula iklim organisasi merupakan gambaran kolektif yang bersifat umum terhadap suasana kerja organisasi yang membentuk harapan dan perasaan seluruh pelajar sehingga organisasi meningkat.
Iklilm organisasi dapat dilihat dari budaya organisasi karena di dalam budaya organisasi di bicarakan hal-hal yang mencakup :[21]
·         Perubahan organisasi
·         Karakteristik organisasi
·         Kreasi
·         Contoh-contoh budaya organisasi dan memelihara atau menjaga organisasi
·         Prinsip-prinsip organiasasi dan tipe-tipe organisasi.
Salah satu definisi iklim organisasi adalah persepsi dari sekumpulan orang terhadap lingkungan organisasinya. Untuk menjaga iklim organisasi yang kondusif, maka dalam melakukan eksplorasi menjelajahi ide baru maupun cara baru perlu di sesuaikan dengan kreatifitas. Dan dapat di simpulkan bahwa iklim organisasi pendidikan merupakan keadaan di tempat kerja baik fisik maupun non fisik yang mendukung pelaksanaan tugas dalam organisasi.
            Budaya organisasi adalah budaya organisasi yang mengacu pada suatu sistem pemaknaan bersama yang di anut oleh anggota organisasi dalam bentuk nilai, tradisi, keyakinan, norma dan cara berpikir unik yang membedakan organisasi itu dengan organisasi lainnya.










BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Peran yang dijalankan dalam rangka mencapi fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana dinyatakan bahwa : “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”    Organisasi lembaga pendidikan adalah suatu organisasi yang unik dan komplek karena lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu lembaga penyelenggara pendidikan. Tujuannya adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan , mengembangkan , memperkaya khazanah ilmu pengetahuan , teknologi, kesenian, serta mengupayakan penggunaannyauntuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kehidupan nasional.
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu Sentralisasi dan beberapa bagian masih diselenggarakan secara Desentraisasi. Struktur Organisasi yang digunakan dalam pendidikan atau pengajaran di  negara Indonesia adalahsistem Desentralisasi , yang mana semua perarturan struktural maupun hal lain dalam dunia pendidikan  diatur oleh daerah masing-masing yang banyak pengaruh positifnya bila dibandingkan dengan sistem sentralisasi yang berpusat disuatu wilayah.
B.     Saran
Sebagai calon pendidik, ada baiknya kita harus mengetahui system lembaga pendidikan terutama di Indonesia ini, agar kita mengetahui apa-apa sajakah yang harus dilakukan orang lembaga pendidikan ini, untuk mengetahuinya itu kita harus rajin membaca. Mungkin dari makalah ini bias membantu sedikit pengetahuan kita mengenai organisasi lembaga pendidikan.



DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006)
Prof. Dr. Syahrizal Abbas .Manajemen perguruan tinggi, (Jakarta : Prenada Media Grup, 2008 )
Drs.Syafaruddin,M.Pd.Manajemen Lembaga Pendidikan Islam.Jakarta.Ciputat Press.200
Wanto, manajemen dan pendidikan, 2005, Surabaya ; Tabloid Nyata IV
Made pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, 1990, Jakarta ; Rineka Cipta
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 2012, Bandung; PT Remaja Rosdakarya
Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi Teori Aplikasi dan Penelitian, 2008, Jakarta ; Salemba Empat
Tabloid-mh/2011/10/01/peningkatan kinerja organisasi
Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),
Wirawan, Budaya dan Iklim organisasi, 2007, Jakarta ; Salemba Empat


[1] Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), cet.1,  Halaman 126

[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Prof. Dr. Syahrizal Abbas .Manajemen perguruan tinggi, (Jakarta : Prenada Media Grup, 2008 ), cet.1, Halaman 5
[6] Drs.Syafaruddin,M.Pd.Manajemen Lembaga Pendidikan Islam.Jakarta.Ciputat Press.200


[8] Ibid
[9] Drs.Syafaruddin,M.Pd.Manajemen Lembaga Pendidikan Islam.Jakarta.Ciputat Press.200

[11] Wanto, manajemen dan pendidikan, 2005, Surabaya ; Tabloid Nyata IV
[13] Made pidarta, Perencanaan Pendidikan Partisipatori dengan Pendekatan Sistem, 1990, Jakarta ; Rineka Cipta
[14] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 2012, Bandung; PT Remaja Rosdakarya
[15] Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 2012, Bandung; PT Remaja Rosdakarya
[16] Ibid
[18] Wirawan, Budaya dan Iklim Organisasi Teori Aplikasi dan Penelitian, 2008, Jakarta ; Salemba Empat

[19] Tabloid-mh/2011/10/01/peningkatan kinerja organisasi


[20] Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006), cet.1,  Halaman 182
[21] Wirawan, Budaya dan Iklim organisasi, 2007, Jakarta ; Salemba Empat

No comments:

Post a Comment