KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul Al-Kindi dan Pemikirannya yang merupakan salah tugas pendukung mata kuliah Filsafat
Islam di semester tiga ini .
Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Neneng Munajah, MA sebagai dosen mata kuliah
Filsafat Islam ini
2.
Ibunda dan Ayahanda
tercinta yang senantiasa mendukung dan mendo’akan keberhasilan penulis
3.
Teman-teman semester
tiga p2e yang telah berjuang
bersama menyelesaikan makalah, serta
4.
Semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyusunan makalah ini, yang tidak bisa penulis sebutan
satu persatu.
Penulis sadari masih terdapat
kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun penulis harap untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga
materi ini dapat bermanfaat untuk semua teman-teman semester
tiga ini, khususnya bagi kami
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam
penyusunan tugas ini.
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Falsafat atau filsafat
adalah merupakan kata yang berasal dari bahasa yunani yaitu philosophia sebagai
gabungan dari philein yang berarti ”cinta“ dan shoppos yang berarti “hikmah“.
Kemudian philosophia masuk kedalam bahasa arab menjadi Falsafat yang berarti
cara berfikir menurut kogika dengan bebas, sedalam –dalamnya sampai kepada
dasar persoalan.
Dari segi praktisnya
berfilsafat berarti “berfikir“ .filsafat berarti “alam fikiran“ atau “alam
berfikir”. Namun demikian tidak semua berfikir berarti berfilsafat.Sidi Gazalba
mengartikan “berfilsafat“ berarti mencari kebenaran untuk kebenaran tentang
segala sesuatu yang dimasalahkan,berfikir secara radikal, sistematis,dan
universal. Dapatlah dikatakan bahwa intisari filsafat ialah berfikir secara
logika dengan bebas ( tidak terikat pada tradisi, dogma dan agama ) dan dengan
sedalam – dalamnya sehingga sampai ke dasar – dasar persoalan.
Agama yang berarti
menguasai diri seorang dan membuat ia tunduk dan patuh kepada tuhan dengan
menjalankan ajaran agama. intisari yang terkandung didalamnya adalah “ ikatan
“. Agama mengandung arti ikatan – ikatan yanag harus dipegang dan dipatuhi
manusia.Karena mempunyai pengaruh dalam aktivitas manusia. Dan ikatan itu,
mempunyai kekuatan gaib yang tak dapat ditangkap dengan panca indra.
Filsafat bagi al-kindi
ialah pengetahuan tentang yang benar.Disinilah terdapat persamaan filsafat dan
agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar apa yang baik.demikian
halnya filsafat. Agama, disamping wahyu, mempergunakan akal,dan filsafat juga
menggunakan akal. Yang benar pertama bagi al-kindi ialah Tuhan dan filsafat
yang paling tinggi ialah filsafat tentang Tuhan. Bahkan al-kindi berani
mengatakan bagi orang yang menolak filsafat, telah mengingkari kebenaran, dan
menggolongkannya kepada “kafir”, karena orang – orang tersebut telah jauh dari
kebenaran, walaupun menganggap dirinya paling benar. Karena keselarasan antara
filsafat dan agama didasarkan pada tiga alasan:(1) ilmu agama merupakan bagian
dari filsafat, (2) wahyu yang diturunkan kepada nabi dan kebenaran filsafat
saling bersesuaian dan,(3) menurut ilmu, secara logika, diperintahkan dalam
Agama.
Adanya jurang pemisah yang dalam antara islam dengan filsafat
Aristoteles dalam berbagai persoalan, kemudian adanya serangan yang banyak dilancarkan
oleh kalangan agama terhadap setiap pembahasan pikiran yang tidak membawa hasil
yang sesuai dengan kaidah agama yang ditetapkan sebelumnya, serta hasrat para
filsuf sendiri untuk dapat menyelamatkan diri dari tekanan-tekanan tersebut
agar mereka bisa bekerja dengan tenang, itulah hal-hal yang mendorong
filsuf-filsuf untuk mempertemukan agama dengan filsafat.
Sebagaimana Al-Kindi, ia mempertemukan agama dengan filsafat
atas dasar pertimbangan bahwa keduanya sama-sama merupakan ilmu tentang kebenarann,
sehingga diantara keduanya tidak ada perbedaan. Pengaruh golongan Mu’tazilah
Nampak jelas pada jalan pemikirannya, ketia ia menetapkan kesanggupan akal
manusia untuk mengetahui rahasia-rahasia apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. Ilmu filsafat pertama yang meliputi ketuhanan, keesaan, keutamaan, dan
ilmu-ilmu lain yang mengajarkan bagaimana cara memperoleh hal-hal yang berguna
dan menjauhkan hal-hal yang merugikan, dibawa kuga oleh rasul Tuhan.
Menurut Al-Kindi, kita tidak boleh malu untuk mengakui kebenaran
dan mengambilnya, dari manapun datangnya, meskipun dari bangsa-bangsa lain yang
jauh letaknya dari kita. Tidak ada yang lebih utama bagi orang yang mencari
kebenaran dari pada kebenaran itu sendiri. Orang yang mengingkari filsafat
berarti mengingkari kebenaran, dan karenanya maka ia menjadi kafir. Bahkan
lawan-lawan filsafat sangat memerlukan filsafat untuk memperkuat alas
an-alasannya.
Terkadang terdapat perlawanan dalam lahiriyah antara hasil
pemikiran filsafat dengan ayat-ayat Al-Qur’an.Pemecahan Al-kindi terhadap
masalah ini adalah bahwa kata-kata dalam bahasa Arab bisa mempunyai arti
sebenarnya (hakiki) dan arti majazi (kiasan, bukan arti
sebenarnya). Arti majazi ini hanya dinyatakan dengan jalan
takwil ( penafsiran), dengan syarat harus dilakukan oleh orang-orang ahli agama
dan ahli pikir.
Kalau ada perbedaan antara afilsafat dengan agama, maka
perbedaan itu hanya dalam cara, sumber, dan cirri-cirinya, sebab ilmu nabi-nabi
(agama) diterima oleh mereka sesudah jiwanya dibersihkan oleh Tuhan dan
disiapkan untuk menerima pengetahuan (ilmu) dengan cara luar biasa diluar hokum
alam.
Sesuai dengan pendirian Al-Kindi, bahwa filsafat harus memilih,
maka ia sendiri berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencarinya dengan jalan
mengikuti pendapat orang-orang yang sebelumnya dan menguraikan sebaik-baiknya.
2.
Rumusan Masalah
1.
Siapakah al-Kindi itu
dan apa saja karya-karyanya?
2.
Bagaimana pokok-pokok
pemikiran filsafat Al-Kindi ?
3.
Apa saja hasil
pemikirannya?
4.
Bagaimana keselarasan agama dan filsafat menurut
Al-Kindi?
3.
Tujuan
1.
Mengetahui bagaimana biografi
Al-Kindi.
2. Mengetahui
bagaimana pokok
pemikiran Al-Kindi.
3. Mengetahui hasil
pemikirannya Al-Kindi.
4. Mengetahui
bagaimana keselarasan
agama dan filsafat menurut Al-Kindi.
BAB
III
PEMBAHASAN
1.
Biografi dan
Pendidikannya
Nama lengkap beliau
adalah Abu Yusuf Ya'kub bin Ishaq As-Shabbah bin 'Imran bin Ismail bin Muhammad
Al-Asy'ats bin Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H (801
M). Ia termasuk keluarga yang kaya dan terhormat. Kakek buyutnya bernama
Al-Asy’ats ibnu Qays yakni seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang gugur sebagai
Syuhada bersama sa’ad ibnu Abi Waqqas dalam peperangan antara kaum muslimin
dengan Persia di Irak. Sedangkan ayahnya bernama Ishaq ibnu As-Shabbah yakni
seorang Gubernur di Kufah pada masa pemerintahan Al-Mahdi (tahun 775-785 M) dan
Al-Rasyid (tahun 786-809 M).namun ayahnya meninggal ketika ia masih usia
anak-anak.
Al-kindi berasal dari
Klan Kindah yakni salah satu Kabilah Arab. Selain dari itu, karena ia merupakan
keturunan Arab, ia dimasukkan dalam kelompok filosof Arab. Nama Al-Kindi
dinisbatkan pada sukunya yakni Banu Kindah. Banu Kindah adalah suku yang dikenal
memiliki apresiasi kebudayaan yang cukup tinggi dan banyak dikagumi orang
dikala itu. “Suku ini pulalah yang melahirkan seorang tokoh sastrawan yang
terbesar dan tersebar para kesustraan Arab, sang penyair pangeran Imr Al-Qays
yang gagal untuk memulihkan tahta kerajaan Kindah setelah pembunuhan ayahnya”.
Kalau diperhatikan dari
tahun kelahiran al-Kindi, kita dapat membuat sebuah kesimpulan bahwa ia hidup
pada masa kekuasaan Bani ‘Abbas. Pada masa kecil ia telah merasakan masa
pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid. Al Kindi sudah menjadi Yatim sejak ia
masih berusia kanak-kanak, namun ia tetap memperoleh kesempatan untuk menuntut
ilmu dengan baik. Al Kindi sendiri mengalami masa pemerintahan lima Khalifah
Bani Abbas, yakni Al-Amin (809-813 M), Al-Ma’mun (813-833 M), Al- Mu’tasim
(833-842 M), Al-Wasiq (842-847 M), dan Al-Mutawakkil (847-861 M).
Al-Kindi adalah seorang
yang aktif dalam segala aktivitas dilakukannya. Salah satu bentuk dalam
kesibukannya ia menyibukkan dirinya untuk menerjemahkan karya-karya tulisan
Yunani ke dalam Bahasa Arab, juga mengkoreksi hasil terjemahan orang lain atas
karya-karya tersebut dan ia pun bekerja di Istana Khalifah Abbasiyah.
Tidak hanya itu, karena ia dipercaya oleh pihak Istana dengan kemampuannya
untuk mengajar, maka iapun diangkat menjadi guru pribadi pendidik anak Khalifah
di kala itu yang bernama Mu’tashim. Mu’tashim adalah Khalifah yang menggantikan
Al-Makmun, sedangkan anak yang dididik oleh al-Kindi bernama Ahmad bin
Mu’tashim. Namun di masa terakhir kehidupannya, ia diusir dari istana. Akhirnya
ia meninggal di Baghdad pada Tahun 252 H/866 M.
Al-Kindi mulai belajar sejak ia kecil, dan ia mempelajari
ilmu-ilmu sesuai dengan kurikulum pada masanya. Ia mempelajari al-Qur’an serta
belajar membaca, menulis, menghitung yang diperolehnya sewaktu ia masih Sekolah
Dasar di Bashrah. Kemudian ia melanjutkan ke Baghdad hingga tamat,
sehingga ia mahir dalam berbagai cabang ilmu yang ada pada waktu itu, seperti
ilmu ketabiban (kedokteran), filsafat, ilmu hitung, mantigh (logika), geometri,
astronomi, seni musik, ilmu ukur dan lain sebagainya. Penguasaanya terhadap
filsafat telah menempatkan ia menjadi orang Islam pertama yang berkebangsaan
Arab dalam jajarannya para filosof terkemuka. Karena itulah ia dinilai pantas
menyandang gelar Failasuf al-‘Arab (filosof berkebangsaan Arab). Ia juga
mempelajari ilmu-ilmu yang berasal dari Yunani, hingga sekurang-kurangnya
memahami salah satu bahasa yang menjadi bahasa ilmu pengetahuan di kala itu
yakni bahasa Suryani. Dari buku-buku Yunani yang telah diterjemahkan kedalam
bahasa Suryani inilah Al-Kindi menerjemahkannya kedalam bahasa Arab.
2.
Karya-Karyanya
Sebagai
seorang ilmuwan ia sendiri mengarang buku-buku dan menurut keterangan Ibn
Al-Nadim buku-buku yang ditulisnya berjumlah 241 berupa filsafat, logika, ilmu
hitung, astronomi, kedokteran, ilmu jiwa, politik, optika, music, matematika,
dan sebagainya. Dalam The Legacy of Islam kit abaca bahwa
bukunya tentang optika diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan banyak
mempengaruhi Roger Bacon. Al-Kindi meninggal pada tahun 973 M.
Unsur-unsur
filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah :
a.
Aliran Pytagoras tentang matematika sebagai jalan kea rah
flsafat.
b.
Pemikiran-pemikiran Aristoles dalam soal-soal fisika dan
metafisika. Meskipun Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentang qodim-nya
alam.
c.
Pemikiran-pemikiran Plato dalam hal-hal kejiwaan.
d.
Pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama dalam
soal estetika.
e.
Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam hal-hal yang
berhubungan dengan Tuhan dan sifat-Nya.
f.
Aliran Mu’tazialah dalam memuja kekuatan akal manusia dan dalam
menakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an.
Beberapa
hasil tulisan yang dibuat oleh Al Kindi, yakni sebagai berikut:
a.
Bidang Filsafat
1)
Fi al-falsafat al-‘Ula.
2)
Kitab al-Hassi’ala Ta’allum al-Falsafat,
3)
Risalat ila al-Ma’mun fi al-illat wa Ma’lul,
4)
Risalat fi Ta’lif al-A’dad,
5)
Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa
al-Mu’tashah wa ma Fauqa al-Thabi’iyyat,
6)
Kammiyat Kutub Aristoteles,
7)
Fi al-Nafs
b.
Bidang Astronomi
1)
Risalah fi Masa’il Su’ila anha min Ahwal al-Kawatib (jawaban
dari pertanyaan tentang planet),
2)
Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyah fi Kayfiyyat Nujumiah
(pemecahan soal-soal fisik tentang sifat-sifat perbintangan),
3)
Risalah fi anna Ru’yat al Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqoh wa
innama al-Qowl fiha bi at-Taqrib (bahwa pengamatan astronomi bulan baru tidak
dapat ditentukan dengan ketetapan,
4)
Risalah fi Mathrah asy-Syu’a (tentang projeksi sinar),
5)
Risalah fi Fashlayn (tentang dua musim yakni; musim panas dan
musim dingin),
6)
Risalah fi Idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib (tentang penjelasan
sebab gerak kebelakang planet-planet),
7)
Fi asy-Syu’at (tentang sinar bintang).
c.
Meteorologi
1)
Risalah fi ’illat Kawnu adh-Dhabasb (tentang sebab asal mula
kabut),
2)
Risalah fi Atshar alladzi Yazhharu fi al-laww Yusamma Kawkaban
(tentang tanda yang tampak di langit dan disebut sebuah planet),
3)
Risalah fi ’illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah (tentang sebab
perbedaan dalam tahun-tahun),
4)
Risalah fi al-Bard al-Musamma ”Bard al-Ajuz” (tentang dingin),
d.
Ramalan
1)
Risalah fi Taqdimat al-Khabar (tentang Prediksi),
2)
Risalah fi Taqdimat al-Ma’rifat fi al-Ahdats (tentang ramalan
dengan mengamati gejala meteorolgi).
e.
Ilmu Pengobatan
1)
Risalah fi’illat Naftcad-Damm (tentang hemoptesis yakni; batuk
darah dari saluran pernapasan),
2)
Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib (tentang rabies).
f.
Ilmu Hitung
1)
Risalah fi al-Kammiyat al-Mudhafah (tentang jumlah relatif),
2)
Risalah fi at-Tajhid min Jihat al-’Adad (tentang keesaan dari
segi angka-angka).
g.
Logika
1)
Risalatun fi Madhkal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi (tentang
sebuah pengantar lengkap logika),
2)
Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris (sebuah ikhtisar Eisagoge
Porphyry).
Karya-karya yang disebutkan di atas merupakan sebagian terkecil
dari sekian banyak karya Al-Kindi. Karya Al-Kindi di susun oleh Ibnu An-Nadim
yang menyebutkan tidak kurang dari 242 buah karya Al-Kindi, sedangkan sumber
lain menyebutkan 265 buah, dan membaginya menurut pokok persoalannya menjadi
filsafat, logika, ilmu hitung, sferika, ilmu kedokteran, astrologi, polemik,
psikologi, politik, meteorologi, dan ramalan.
3. Pokok Pemikirannya
Dari dasar pemikiran al-kindi akhirnya
timbullah pemikiran Filsafatnya antara lain :
1.
Filsafat Ketuhanan
Selain seorang filosof,
Al-kindi adalah seorang ahli ilmu pengetahuan. Ia membagi ilmu pengetahuan
menjadi dua, yaitu :
1)
Pengetahuan Ilahi (Divine Science) sebagaimana tercantum
dalam Al-Qur’an yaitu Nabi dari Tuhan. Dasar pengetahuan ini adalah keyakinan.
2)
Pengetahuan Manusiawi (Human Science), atau falsafat.
Dasarnya adalah pemikiran (ratio-reason).
Filsafat baginya ialah
pengetahuan tentang yang benar (knowledfe of truth).Di sinilah terlihat
persamaan filsafat dengan agama. Tujuan agama ialah menerangkan apa yang benar
dan apa yang baik, begitu pula tujuan tujuan filsafat. Disamping wahyu, agama
menggunakan akal, dan filsafat juga menggunakan akal.Yang benar pertama (the
fisrt truth) bagi Al-kindi ialah Tuhan.Dengan demikian, pada dasarnya
filsafat membahas soal Tuhan dan agama.Dan filsafat yang paling tinggi ialah
filsafat tentang Tuhan. Sebagaimana yang dikatakan Al-Kindi :
“Filsafat
yang tekemuka dan tertinggi derajatnya adalah filsafat utama, yaitu tentang
yang Benar Pertama, yang menjadi sebab bagi segala yang benar”
Tuhan dalam filsafat Al-kindi tidak mempunyai hakikat dalam
arti aniahatau mahiah. Tidak aniah karena
Tuhan tidak termasuk dalam benda-benda yang ada dalam alam, bahkan Ia adalah
Pencipta alam. Ia tidak tersusun materi dan bentuk. Juga Tuhan tidak mempunyai
hakikat dalam bentuk mahiah, karena Tuhan tidak merupakan genus atau species.Tuhan
hanya satu, dan tidak serupa dengan Tuhan.Tuhan itu unik.Ia adalah Yang Benar
Pertama dan Yang Benar Tunggal. Ia semata-mata satu, hanya ialah yang satu,
selain Tuhan semuanya mengandung arti banyak.
Sesuai dengan paham yang ada dalam islam, Tuhan bagi Al-Kindi
adalah Pencipta dan bukan penggerak pertama seperti pendapat Aristoteles. Alam
bagi Al-Kindi bukan kekal di zaman lampau, tetapi mempunyai permulaan. Karena
itu dalam hal ini ia lebih dekat pada filsafat Platonius yang mengatakan bahwa
Yang Maha Satu adalah sumber dari ala mini dan sumber dari segala yang ada.
Alam ini adalah emanasi dari Yang Maha Satu.Namun paham emanasi ini kurang
kentara dalam filsafat Al-Kindi, sehingga kemudian Al-Farabi-lah yang
menuliskan tentang paham tersebut dengan jelas.
2.
Filsafat Alam
Mengenai alam, al-Kindi berbeda pendapat juga dengan para
filosof seperti Aristoteles Plato, dan lainnya yang sebelum dia dengan
mengatakan ”alam ini kekal”, sedangkan al-Kindi mengatakan ”alam ini tak
kekal”. Dalam hal ini ia memberikan pemecahan yang radikal, dengan membahas
gagasan tentang ketakterhinggaan secara matematik. Dengan ketentuan ini, setiap
benda yang terdiri atas materi dan bentuk yang tak terbatas ruang dan bergerak
di dalam waktu, adalah terbatas, meskipun benda tersebut adalah wujud dunia.
Karena terbatas, ia tak kekal.Hanya Allah-lah yang kekal.
Al-Kindi juga mengatakan alam bukan kekal di zaman lampau
(qadim) tetapi mempunyai permulaan. Karena itu ia lebih dekat dalam hal ini
pada falsafat Plotinus yang mengatakan bahwa Yang Maha Satu adalah sumber dari
alam ini dan sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah emanasi dari Yang
Maha Satu.Tetapi paham emanasi ini kelihatannya tidak jelas dalam falsafat
al-Kindi.Al-Farabiyah yang dengan jelas menulis tentang hal itu.
Menurut al-kindi alam ini termasuk makhluk yang sifatnya baharu,
sebagai bukti dari baharunya alam ia mengemukakan beberapa argumen, antara
lain: pertama, semua benda yang homogen, yang tiada padanya lebih besar
ketimbang yang lain, adalah sama besar. Kedua, jarak antara ujung-ujung dari
benda-benda yang sama besar, juga sama besarnya dalam aktualitas dan
potensialitas. Ketiga, benda-benda yang mempunyai batas tidak bisa tidak
mempunyai batas. Keempat, jika salah satu dari dua benda yang sama besarnya dan
homogen ditambah dengan homogen lainnya, maka keduanya menjadi tidak sama
besar. Kelima, jika sebuah benda dikurangi, maka besar sisanya lebih kecil
daripada benda semula. Keenam, jika satu bagian diambil dari sebuah benda, lalu
dipulihkan kembali kepadanya, maka hasilnya adalah benda yang sama seperti
semula. Ketujuh, tiada dari dua benda homogen yang besarnya tidak mempunyai
batas. Kedelapan, jika benda-benda yang homogen yang semuanya mempunyai batas
ditambahkan ber sama, maka jumlahnya juga akan terbatas.
Kesimpulan dari ungkapan al-Kindi atas ungkapannya di atas
adalah alam semesta ini pastilah terbatas, oleh sebab itu ia menolak pandangan
Aristoteles yang mengatakan bahwa alam semesta tidak terbatas atau qadim.
Mengenai keteraturan alam dan perdaran alam ini sebagai bukti adanya Tuhan,
sedangkan alam adalah buatan Tuhan.
3.
Filsafat Jiwa
Menurut Al-kindi roh tidak tersusun tetapi mempunyai arti
penting, sempurna dan mulia.Subtansinya berasal dari subtansi Tuhan.
Hubungannya dengan Tuhan sama dengan hubungan cahaya dengan matahari.
Jiwa mempunyai 3 daya, yaitu daya bernafsu, daya pemarah dan
daya berfikir.Daya berpikir itu yang disebut akal. Menurut Al-Kindi ada tiga
macam akal : akal yang bersifat potensil, akal yang telah keluar dari sifat
potensil menjadi aktuil. Dan akal yang telah mencapai tingkat kedua dari
aktualitas disebut Yang Kedua.
Akal yang potensil tidak bisa mempunyai sifat aktuil jika tidak
ada kekuatan yang menggerakkannya dari luar. Oleh karena itu, bagi Al-Kindi ada
lagi satu macam akal yang mempunyai wujud di luar roh manusia, dan bernama akal
yang selamanya dalam aktualitas. Akal ini, karena selamanya dalam
aktualitas, ialah yang membuat akal yang bersifat potensil dalam roh manusia
menjadi aktuil. Sifat-sifat akal ini :
1)
Ia merupakan Akal Pertama
2)
Ia selamanya dalam aktualitas
3)
Ia merupakan species dan genus
4)
Ia membuat akal potensil menjadi aktuil berpikir
5)
Ia tidak sama dengan akal potensil tetapi lain dari padanya
Akal pertama ini bagi Al-Kindi, mengandung arti banyak, karena
dia adalah universal.Dalam limpahan dari Yang Maha Satu, akal inilah yang
pertama-tama merupakan yang banyak.
Dalam al-Qur’an telah menginformasikan bahwa manusia tidak akan
mengetahui akan hakikat roh, roh adalah urusan Allah bukan urusan manusia. Allah
menyatakan akan hakikat roh dalam Q.S. Al-Isra’ 17 : 85.
وَيَسْأَلُونَكَعَنِالرُّوحِقُلِالرُّوحُمِنْأَمْرِرَبِّيوَمَاأُوتِيتُمْمِنَالْعِلْمِإِلاقَلِيلا
”Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh
itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit".
4. Hubungan Agama dan
Filsafat Menurut Al-Kindi
Masalah hubungan agama dengan falsafah merupakan suatu
masalah yang di perdebatkan dalam zaman al-Kindi. Ahli-ahli agama pada umumnya
menolak keabsahan ilmu falsafah karena diantara produk pemikiran falsafi jelas
menunjukkan pertentangan dengan ajaran Al-Qur’an. Sebagai seorang filsuf Islam
al-Kindi telah mengangkat dirinya sebagai pembela ilmu falsafah terhadap
serangan yang datang dari berbagai pihak yang tidak setuju. Baginya, agama dan
falsafah tidaklah harus dipertentangkan karena keduanya membawa kebenaran yang
serupa.
Selanjutnya ia menegaskan bahwa ilmu ketuhanan dan
cabang-cabang ilmu falsafah yang lain adalah sesuai dengan yang dibawa Nabi dan
Rasul. Mereka semua membawa ajaran tentang ketuhanan, akhlak mulia, serta
menjauhkan diri dari sifat dan perbuatan tercela. Dengan demikian, agama dan
filsafat mengandung ilmu dan kebenaran yang serupa. Tidak mungkin kedua ilmu
yang sejenis ini saling bertentangan dalam kebenaran.
Sekiranya memang ada perbedaan ilmu falsafah dengan
agama, maka itu tidak terletak pada isi kandungannya, tapi pada cara, sumber,
dan ciri yang khas. Ajaran Agama yang dibawa Nabi dan Rosul tidak berasal dari
dirinya sendiri, tapi berasal dari Allah. Selain itu, ilmu para Nabi itu
ringkas, jelas serta mudah untuk dimengerti, lagi memenuhi segala keperluan
hidup manusia. Sedangkan ilmu falsafah dan berbagai ilmu manusia lainnya hanya merupakan
produk usaha keras manusia dalam membahas dan meneliti dalam waktu yang lama,
dan dengan menggunakan metode ilmiah dan falsafi. Selain itu, Argumen-argumen yang dibawa
Al-Qur’an lebih meyakinkan daripada argumen-argumen yang ditimbulkan filsafat.
Tetapi filsafat dan Al-Qur’an tidak bertentangan dengan kebenaran yang dibawa
filsafat. Ringkasnya, mempelajari filsafat dan berfalsafat tidak dilarang,
karena teologi adalah bagian dari filsafat, dan umat Islam diwajibkan belajar
teologi.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Al-Kindi
merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan umat Islam, meskipun lahir di
zaman kejayaan Mu’tazilah, dimana pada zaman itu banyak ulama-ulama Islam yang
mengharamkan filsafat, dan menfatwakan filsafat sebagai ilmu kafir dan apabila
dipelajari oleh umat Islam dapat menimbulkan kesesatan. Namun ditengah arus
mu’tazilah, Al-Kindi tetap berpikiran terbuka dan terus mempelajari dan mencari
titik temu antara filsafat dan Islam akhirnya mampu menemukan titik temu atau
jalan tengah antara ilmu filsafat dan Islam, tanpa mengesampingkan nilai-nilai
Islam itu sendiri.
Dalam
merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan filsafat , pemikiran Al-Kindi
dipengaruhi oleh filsuf-filsuf Yunani kuno, yaitu Aristoteles, Plato dan Pitagoras. Terlihat
dalam paparan berikut Al-Kindi sepakat dengan salah satu paham Aristoteles,
kemudian paham ini ia modifikasi dan sesuaikan dengan ajaran Islam yaitu
pendapat tentang “Penggerak yang Tak Tergerakkan (Unmovable mover)” yang
kemudian oleh Al-Kindi disebut sebagai “Sang Pencipta. Kemudian Al-Kindi
sepakat dengan pendapat Plato mengenai inti falsafah adalah mencintai, mengatur
dan mengagungkan kekuatan akal dan hati. Jika hal ini terjadi, maka seseorang
akan dapat menangkap dan menerima pengetahuan yang dengan pengetahuan itu seseorang
akan dapat menjalankan tugasnya. Pengetahuan itu adalah ilmu hisab (aritmatik),
handasah (geometri), falak (astronomi) dan ilmu Jadal (berdebat). Pitagoras
menyatakan bahwa matematika dapat mengantarkan seseorang ke dalam ilmu falsafah
dan untuk pembuatan obat-obatan (aqoqir thibbiyah).
Dari
sekian banyak pemikiran Al-Kindi, yang paling berpengaruh adalah pemikiran
tentang penyelarasan ilmu filsafat dengan Islam yang tertuang dalam poin-poin
sebagai berikut : (1) ilmu agama merupakan bagian dari falsafah; (2) wahyu yang
diturunkan kepada Nabi dan kebenaran filsafat sebenarnya saling bersesuaian;
dan (3) menuntut ilmu, secara logika, diperintahkan oleh agama Islam. Pemikiran
inilah yang menandai dimulainya persesuaian dan penyelarasan antara ilmu filsafat
dan Islam.
2.
Saran
Dengan keterbatasan pengetahuan, kami memohon maaf
apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekungan, baik dalam segi
penulisan maupun isinya. Namun kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
teman-teman dan terlebih dalam
menyelesaikan tugas kelompok ini.
DAFTAR PUSTAKA
Drs.
Poerwantana dkk, Seluk-Beluk Filsafat Islam, 1987, hlm 103-104
Harun
Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, 1973, hlm 14
Drs.
Poerwantana dkk, Seluk-Beluk Filsafat Islam, 1987, hlm 129
Al-Ahwaniy, Fu’ad, al-Falsafat al-Islamiyyat, Kairo: Dar
al-Qalam, 1962
Asy-Syarafa, Ismail, Ensiklopedi Filsafat, Cet.I, Jakarta:
KHALIFA, 2005
Atiyeh, George N. Al Kindi Tokoh Filsafat Muslim, Terj. Kasidjo
Djojo suwarno, Bandung: Salman, 1983
Fakhri, Majid, Sejarah Filsafat Islam, Terj. Mulyadi
Kartanegara, Jakarta: Pustaka Jaya, 1986
Farukh, Umar, Tarikh Al-Fikr Al-Arabi, Beirut: Dar
al-Fikr, 1962
Luthfi Jum’ah, Muhammad, Tarikh Falasifah Al-Islam, Mesir,
t.tp,1927
Mustofa, A. Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2004
Nasution, Harun, Filsafat dan Mitisisme dalam Islam, Cet.
Ke IX, Jakarta: Bulan Bintang, 1973
Ridah, Abu, Rasa’il al-Kindi Al-Falsafiyah, Kairo: t.t, 1950
Salam, Abdus, Sains dan Dunia Islam, Terj. Ahmad Baiquni,
Bandung: Salman ITP, 1983
Syahrastaniy, Al, al-Milal wa al-Nihal, Beirut: Dar al-Fikr, t.t
Syarif, M.M. dkk (edt), History of Muslim Philosophy, vol. I,
Wisbaden: Otto Horossowitz, 1963
Zar, Sirajuddin, Filsafat Islam filosof dan filsafatnya,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Opcit, Harun Nasution, Hal. 15
http://khairima.blogspot.com/2012/03/hubungan-filsafat-dan-agama-dalam.html
dipresentasikan oleh puput dan yayah :)
No comments:
Post a Comment